TUGAS METODOLOGI PENELITIAN II
NAMA :
SWASTANTIKA KUMALADEVI
KELAS :
III D
NIM :
201233178
·
Judul penelitian
kuantitaif :
PENGARUH MEDIA CERITA BERGAMBAR
DENGAN METODE THINK PAIR AND SHARE
TERHADAP
KREATIFITAS SISWA SD
DALAM MENULIS PUISI
·
VARIABEL :
Variabel bebas : Media Cerita bergambar
Metode Think Pair and Share
Variabel terikat :
Kreatifitas siswa dalam menulis puisi
Tugas
:
·
MENCARI TEORI YANG
RELEVAN DENGAN VARIABEL
·
MENCARI CONTOH
PENELITIAN YANG RELEVAN DENGAN JUDUL PENELITIAN
·
BUAT KERANGKA BERFIKIR
DALAM BENTUK BAGAN
Hasil
:
1.
Bacaan yang sesuai variable ditulis kembali dengan
bahasa sendiri
a.
Media Cerita bergambar
Seorang guru harus
kreatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, baik itu dari segi materi,
metode maupun media yang digunakan harus menarik agar dapat menarik minat siswa
untuk giat dalam belajar di sekolah, khususnya di dalam kelas. Media pembelajaran
yang bervariasi dapat membantu siswa mengembalikan semangat belajarnya. Di
samping itu, media pembelajaran yang bervariasi membuat para siswa tertarik dan
tertantang untuk mengikuti proses pembelajaran tanpa membuat siswa tersebut
jenuh dan bosan dalam mengikuti proses balajar-mengajar tersebut.
Salah
satu media yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah media buku cerita
bergambar. Dengan buku cerita bergambar kita dapat membantu mempermudah anak
untuk menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk bahasa karena gambar akan
memberikan inspirasi dan motivasi yang sangat tinggi kepada siswa untuk
melakukan proses pembelajaran terutama dalam megajarkan membaca permulaan. Jika
kesulitan belajar berbahasa khususnya belajar membaca permulaan dibiarkan
begitu saja tanpa adanya tindak lanjut maka akan banyak siswa yang berkesulitan
membaca.
b.
Metode Think Pair and Share
Think pair share merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari
Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur kegiatan
cooperative learning. Think pair share memberikan waktu kepada para siswa untuk
berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Think pair share
memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi
siswa.
Dengan teknik belajar
mengajar think pair share, siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar
pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siawa karena siswa dituntut
untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan
berdiskusi.
Model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme.
Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya
c.
Kreatifitas siswa dalam menulis puisi
Menulis
merupakan sarana mengembangkan daya pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta,
menghubungkannya, kemudian menarik kesimpulan. Menulis dapat
memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula
masih berserakan dan tidak runtut di dalam pikiran, dapat dituangkan secara
runtut dan sistematis. Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat
dinilai dengan mudah. Manfaat menulis yang lainnya adalah dapat memecahkan
masalah dengan lebih mudah, memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan
membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib.
Proses
kreatif menulis puisi memberikan hasil yang positif bagi para siswa. Dengan
menulis puisi, siswa dilatih untuk tidak meremehkan pengalaman- pengalamannya.
Segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya selalu tidak luput dari
perhatiannya. Dia menjadikan semua yang dilihat, didengar, dan dirasa sebagai
sesuatu yang bermakna bagi manusia.
2.
Teori
berdasarkan variabel
a.
Media
cerita bergambar
Media
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan
perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002:6). Mitchell
(dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan fungsi dan pentingnya buku cerita
bergambar sebagai berikut:
1.
Membantu perkembangan
emosi anak.
2.
Membantu anak belajar
tentang dunia dan keberadaannya.
3.
Belajar tentang orang
lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan.
4.
Memperoleh kesenangan.
5.
Untuk mengapresiasi
keindahan, dan
6.
Untuk menstimulasi
imajinasi.
Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa
pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat merangsang siswa untuk
belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan menjadikan
siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang
digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena
bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak.
b.
Model
think pair and share
Model
pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik
ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004). Adapun
langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair- Share (TPS) adalah:
1. Guru
membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua
kelompok,
2. Setiap
siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri,
3. Siswa
berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan
pasangannya,
4. Kedua
pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan
untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004).
Lie, (2004) mengungkapkan bahwa karakteristik pembelajaran atau ciri utama pada model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan
dalam proses pembelajaran, yaitu :
1.
Think
(berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu
pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta
untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan.
Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena
guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut
guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir
pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus
mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan,
jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk
setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya
“think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab
oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa
yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.
2.
Pair
(berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua adalah guru meminta para
siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan.
Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru
mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa
saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir
yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan
pemecahan masalah yang lain.
3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan
lain atau seluruh kelas)
Pada langkah akhir ini guru meminta
pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan
lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru
berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat
atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk
melapor.
Langkah ini merupakan penyempurnaan dari
langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua
kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan
berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar
mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.
c.
Kreatifitas
siswa dalam menulis puisi
Menulis
adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
salah satu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat
membaca lambang- lambang grafik tersebut. Menulis bukan sekedar menggambarkan
huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan melalui gambar huruf-huruf tersebut
berupa karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan ide, pendapat,
pengalaman disusun secara sistematis dan logis. Keterampilan menulis dibutuhkan
untuk merekam, meyakinkan, memberitahukan, serta mempengaruhi orang lain. Semua
tujuan hanya dapat diperoleh apabila disusun dan disampaikan dengan jelas
(Tarigan, 1986: 21).
Tarigan, (1991: 10) mengungkapkan bahwa
hakekat puisi terdiri atas tema/makna (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan
amanat/tujuan/maksud (intention). Selanjutnya, Tarigan (1991: 48) telah
menyebutkan lima hal yang diperlukan dalam menciptakan suatu puisi, yakni:
konsentrasi/consentration, inspirasi/inspiration, kenangan/memory,
keyakinan/faith, lagu/song. Menurut,
Sutedjo Kasnadi, (2008: 1) bahwa, “puisi adalah salah satu genre sastra –yang
mestinya Tidak- mudah dan banyak diminati”. Keterampilan menulis pada
hakekatnya merupakan keterampilan mereproduksi hasil dari imajinasi yang
dituangkan ke dalam tulisan.
Sutedjo Kasnadi, (2008: 113)
mengungkapkan bahwa, banyak teknik dalam menulis puisi sebenarnya, jika kita
berani krteatif dalam melakukannya. Teknik-teknik ini, barangkali akan
berkaitan penting dengan (a) keberanian, (b) pemahaman puisi, (c) igeneuitas
(luwes), (d) penguasaan style, dan (e) kemampuan empati”. Agar suatu
pemelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
maka perlu teknik atau cara bagaimana suatu pemelajaran disajikan kepada siswa
di dalam kelas, sehingga siswa mampu mengapresiasi materi pemelajaran dengan
hasil yang optimal. Beberapa langkah menulis puisi, menurut Sutedjo Kasnadi
dalam bukunya Menulis kreatif (2008: 49) langkah-langkah tersebut meliputi:
(1) pencarian ide (ilham).
(2) pemilihan tema,
(3) pemilihan aliran,
(4) penentuan jenis puisi,
(5) pemilihan diksi (kata)
yang padat dan khas,
(6) pemilihan permainan
bunyi,
(7) pembuatan larik yang
menarik,
(8) pemilihan pengucapan,
(9) pemanfaatan gaya bahasa,
(10) pembaitan yang memiliki
satu subjek matter,
(11) pemilihan tipografi,
(12) pemuatan aspek
psikologis (kejiwaan),
(13) pemuatan aspek
sosiologis (sosial kemasyarakatan),
(14) penentuan tone dan
feeling dalam puisi,
(15) pemuatan pesan
(meaning), dan
(16) pemilihan judul yang
menarik
3.
Contoh
penelitian
Penelitian I
Nama Peneliti : Sri Supadmi
Judul Peneliti :Upaya
Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui ‘Cerita `Bergambar
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa ‘Kelas `IV
SD Negeri 1 Tlogorandu.
Tahun : 2010
Kesimpulan :
Hasil
penelitian menunjukan bahwa dengan peningkatan rerata nilai tes formatif
kemampuan membaca dari nilai sebelum tindakan 55 dan rerata nilai formatif 60
pada siklus I Dan menjadi rerata nilai
70 pada siklus II. Rerata nilai yang telah diperoleh setelah menggunakan cerita
bergambar melebihi nilai indicator yang telah dirumuskan. Penggunaan cerita
bergambar terbukti dapat meningkat kemampuan membaca pada siswa kelas IV SDN 1
Tlogorandu semester I tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian II
Nama Peneliti : Dwi Sulistyorini
Judul Peneliti : Peningkatan
Keterampilan Menulis Puisi dengan Media
`Gambar Pada
Siswa Kelas V SD Sawojajar V Kota `Malang
Tahun : 2010
Kesimpulan :
Berdasarkan
paparan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media gambar yang dilaksanakan
dalam penelitian ini telah berhasil sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Kemampuan keterampilan menulis puisi siswa menjadi meningkat.
Peningkatan
tersebut meliputi peningkatan kemampuan dalam menulis puisi dengan aspek
kemampuan menentukan tema puisi yang sesuai dengan gambar, memilih kata (diksi)
yang baru dan kreatif, menggunakan rima yang tertata, dan menggunakan majas.
Selain itu, peningkatan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis puisi secara
utuh. Demikian pula terjadi peningkatan pada guru dalam melaksanakan
pembelajaran keterampilan menulis dengan menggunakan media gambar.
Peningkatan
tersebut meliputi membangkitkan skemata siswa tentang menulis puisi, membimbing
siswa dalam menulis puisi, memberi respon secara positif, melakukan refleksi
untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menulis puisi, dan memberikan
pemantapan pemahaman langkah-langkah dalam menulis puisi dengan memperhatikan
indikator dalam menulis puisi.
No comments:
Post a Comment