Saturday, November 9, 2013

Membuat Kajian Teori P. KUANTITATIF


TUGAS METODOLOGI PENELITIAN II
NAMA            : SWASTANTIKA KUMALADEVI
KELAS           : III D
NIM                : 201233178


·         Judul penelitian kuantitaif :

PENGARUH MEDIA CERITA BERGAMBAR
DENGAN METODE THINK PAIR AND SHARE
TERHADAP  KREATIFITAS SISWA SD
DALAM MENULIS PUISI
·      VARIABEL :
Variabel  bebas          : Media Cerita bergambar
  Metode Think Pair and Share
Variabel terikat         : Kreatifitas siswa dalam menulis puisi

Tugas :
·         MENCARI TEORI YANG RELEVAN DENGAN VARIABEL
·         MENCARI CONTOH PENELITIAN YANG RELEVAN DENGAN JUDUL PENELITIAN
·         BUAT KERANGKA BERFIKIR DALAM BENTUK BAGAN

Hasil :
1.        Bacaan yang sesuai variable ditulis kembali dengan bahasa sendiri
a.      Media Cerita bergambar
Seorang guru harus kreatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, baik itu dari segi materi, metode maupun media yang digunakan harus menarik agar dapat menarik minat siswa untuk giat dalam belajar di sekolah, khususnya di dalam kelas. Media pembelajaran yang bervariasi dapat membantu siswa mengembalikan semangat belajarnya. Di samping itu, media pembelajaran yang bervariasi membuat para siswa tertarik dan tertantang untuk mengikuti proses pembelajaran tanpa membuat siswa tersebut jenuh dan bosan dalam mengikuti proses balajar-mengajar tersebut.
Salah satu media yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah media buku cerita bergambar. Dengan buku cerita bergambar kita dapat membantu mempermudah anak untuk menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk bahasa karena gambar akan memberikan inspirasi dan motivasi yang sangat tinggi kepada siswa untuk melakukan proses pembelajaran terutama dalam megajarkan membaca permulaan. Jika kesulitan belajar berbahasa khususnya belajar membaca permulaan dibiarkan begitu saja tanpa adanya tindak lanjut maka akan banyak siswa yang berkesulitan membaca.

b.      Metode Think Pair and Share
Think pair share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur kegiatan cooperative learning. Think pair share memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Dengan teknik belajar mengajar think pair share, siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siawa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi.
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya

c.       Kreatifitas siswa dalam menulis puisi
Menulis merupakan sarana mengembangkan daya pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, menghubungkannya, kemudian menarik kesimpulan. Menulis dapat memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan dan tidak runtut di dalam pikiran, dapat dituangkan secara runtut dan sistematis. Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat dinilai dengan mudah. Manfaat menulis yang lainnya adalah dapat memecahkan masalah dengan lebih mudah, memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib.
Proses kreatif menulis puisi memberikan hasil yang positif bagi para siswa. Dengan menulis puisi, siswa dilatih untuk tidak meremehkan pengalaman- pengalamannya. Segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya selalu tidak luput dari perhatiannya. Dia menjadikan semua yang dilihat, didengar, dan dirasa sebagai sesuatu yang bermakna bagi manusia.

2.        Teori berdasarkan variabel
a.         Media cerita bergambar
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002:6). Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:
1.            Membantu perkembangan emosi anak.
2.            Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya.
3.            Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan.
4.            Memperoleh kesenangan.
5.            Untuk mengapresiasi keindahan, dan
6.            Untuk menstimulasi imajinasi.
Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak.

b.        Model think pair and share
Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004). Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair- Share (TPS) adalah:
1.    Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok,
2.    Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri,
3.    Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya,
4.    Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004).
Lie, (2004) mengungkapkan bahwa karakteristik pembelajaran atau  ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu :
1.         Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.
2.         Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.
3.      Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.

c.         Kreatifitas siswa dalam menulis puisi
     Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan salah satu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut. Menulis bukan sekedar menggambarkan huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan melalui gambar huruf-huruf tersebut berupa karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan ide, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis. Keterampilan menulis dibutuhkan untuk merekam, meyakinkan, memberitahukan, serta mempengaruhi orang lain. Semua tujuan hanya dapat diperoleh apabila disusun dan disampaikan dengan jelas (Tarigan, 1986: 21).
Tarigan, (1991: 10) mengungkapkan bahwa hakekat puisi terdiri atas tema/makna (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat/tujuan/maksud (intention). Selanjutnya, Tarigan (1991: 48) telah menyebutkan lima hal yang diperlukan dalam menciptakan suatu puisi, yakni: konsentrasi/consentration, inspirasi/inspiration, kenangan/memory, keyakinan/faith, lagu/song. Menurut, Sutedjo Kasnadi, (2008: 1) bahwa, “puisi adalah salah satu genre sastra –yang mestinya Tidak- mudah dan banyak diminati”. Keterampilan menulis pada hakekatnya merupakan keterampilan mereproduksi hasil dari imajinasi yang dituangkan ke dalam tulisan.
Sutedjo Kasnadi, (2008: 113) mengungkapkan bahwa, banyak teknik dalam menulis puisi sebenarnya, jika kita berani krteatif dalam melakukannya. Teknik-teknik ini, barangkali akan berkaitan penting dengan (a) keberanian, (b) pemahaman puisi, (c) igeneuitas (luwes), (d) penguasaan style, dan (e) kemampuan empati”. Agar suatu pemelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu teknik atau cara bagaimana suatu pemelajaran disajikan kepada siswa di dalam kelas, sehingga siswa mampu mengapresiasi materi pemelajaran dengan hasil yang optimal. Beberapa langkah menulis puisi, menurut Sutedjo Kasnadi dalam bukunya Menulis kreatif (2008: 49) langkah-langkah tersebut meliputi:
(1) pencarian ide (ilham).
(2) pemilihan tema,
(3) pemilihan aliran,
(4) penentuan jenis puisi,
(5) pemilihan diksi (kata) yang padat dan khas,
(6) pemilihan permainan bunyi,
(7) pembuatan larik yang menarik,
(8) pemilihan pengucapan,
(9) pemanfaatan gaya bahasa,
(10) pembaitan yang memiliki satu subjek matter,
(11) pemilihan tipografi,
(12) pemuatan aspek psikologis (kejiwaan),
(13) pemuatan aspek sosiologis (sosial kemasyarakatan),
(14) penentuan tone dan feeling dalam puisi,
(15) pemuatan pesan (meaning), dan
(16) pemilihan judul yang menarik

3.        Contoh penelitian
Penelitian I
Nama Peneliti       : Sri Supadmi
Judul Peneliti       :Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Cerita `Bergambar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas `IV SD Negeri 1 Tlogorandu.
Tahun                   : 2010
Kesimpulan          :           Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan peningkatan rerata nilai tes formatif kemampuan membaca dari nilai sebelum tindakan 55 dan rerata nilai formatif 60 pada siklus I  Dan menjadi rerata nilai 70 pada siklus II. Rerata nilai yang telah diperoleh setelah menggunakan cerita bergambar melebihi nilai indicator yang telah dirumuskan. Penggunaan cerita bergambar terbukti dapat meningkat kemampuan membaca pada siswa kelas IV SDN 1 Tlogorandu semester I tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian II
Nama Peneliti       : Dwi Sulistyorini
Judul Peneliti       : Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Media    `Gambar Pada Siswa Kelas V SD Sawojajar V Kota `Malang
Tahun                   : 2010
Kesimpulan          :           Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media gambar yang dilaksanakan dalam penelitian ini telah berhasil sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Kemampuan keterampilan menulis puisi siswa menjadi meningkat.
Peningkatan tersebut meliputi peningkatan kemampuan dalam menulis puisi dengan aspek kemampuan menentukan tema puisi yang sesuai dengan gambar, memilih kata (diksi) yang baru dan kreatif, menggunakan rima yang tertata, dan menggunakan majas. Selain itu, peningkatan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis puisi secara utuh. Demikian pula terjadi peningkatan pada guru dalam melaksanakan pembelajaran keterampilan menulis dengan menggunakan media gambar.
Peningkatan tersebut meliputi membangkitkan skemata siswa tentang menulis puisi, membimbing siswa dalam menulis puisi, memberi respon secara positif, melakukan refleksi untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menulis puisi, dan memberikan pemantapan pemahaman langkah-langkah dalam menulis puisi dengan memperhatikan indikator dalam menulis puisi.

No comments: