Sunday, August 31, 2014

Mimpiku Bukan Impian: Pengalaman Seleksi Beswan Djarum 2014/2015 Kudus

Tahun 2014 ini seperti keajaiban dan keberuntungan tarot telah menghampiriku. Setiap orang hidup pasti punya mimpi dan cita-cita. Semasa kita hidup di perjalanan kita mencari jati diri banyak mimpi dan cita-cita tersangkut, adapula yang hilang dan menetap.
Sejenak flashback ketika kecil aku bercita-cita menjadi dokter karena kata dokter yang terus keluar dari mulut susan. “Susan susan susan besok gedhe mau jadi apa?”. “Aku kepingin pinter biar jadi dokter” Selain itu bertemu dengan banyak dokter baik di rumah sakit setiap hari membuat impianku selalu mengarah ke bidang dokter. Tidak tahu apa pekerjaannya yang penting membantu orang lain. 
Beranjak sekolah dasar, cita-cita menjadi dokter hilang begitu saja. Insinyur  merubah keyakinanku terhadap kebaikan dokter. Keinginan bercita-cita sebagai arsitek menemani jiwaku hingga lulus SMA. Namun, aku terpaksa harus kuliah di perguruan tinggi yang memiliki jurusan PGSD. Ya, pendidikan guru sekolah dasar. Semula aku tidak percaya apa akan jadi guru di masa yang akan datang. Dua tahun berlalu akhirnya aku bisa menerima kenyataan bahwa diriku adalah generasi untuk membangun Indonesia di bidang pendidikan.
            2014 membuatku benar-benar bangkit. Februari acara di surakarta, April sebagai panitia Semnas kak seto, Mei terbitnya novel perdanaku, Juni diangkat sebagai sekjen dan Agustus ini ku mendapat gembira lagi yaitu lolos menjadi beswan 2014/2015. Setelah melewati 2013 dan tahun-tahun yang menyeramkan sebelumnya, pernah ku berfikir tidak akan mampu berdiri lagi.
            Bercerita tentang beswan djarum, beswan djarum adalah sebutan penerima beasiswa dari djarum foundation tentunya yang berprestasi setingkat nasional. Benar-benar membanggakan orang tua berita menjadi beswan angkatan 30 ini. Setelah selesai memikirkan LPJ semnas kak seto pikiranku sejenak mengarah ke pengumuman beasiswa di BAAK UMK. Langsung saja aku tanya kak anton (beswan 29). Ku persiapkan segala surat-surat yang diperlukan satu hari clear dan aku langsung ke kantor pos kota.
            Selesai. Menghela nafas ku bergegas ke arah SD Barongan untuk beli jajan biting. Menanti dan menanti. Setelah pengiriman berkas-berkas, pendaftar akan diseleksi administrasinya untuk lanjut tes psikotest. Bulan ramadhan pun datang. Kudus mendapat giliran tes psikotes di tanggal 11 Juli 2014. 10 hari sebelum test harusnya kami sudah mendapatkan pengumuman tapi tidak ada.
            H-9 pagi, masih tidak ada. Frustasi iya aku mengalah paling aku tidak lolos administrasi. Jadi 2 hari aku tidak pegang hape. Tanggal 5 aku ditanya mba nika (beswan 29). “Diterima kan dek?” Aku jawab santai tidak mbak padahal aku belum baca apa-apa. Mba nika tanya lagi uda buka email kan? (dengan nada marah kayaknya).
            Aku membuka email dengan malas. Lalu ternyata apa?? Lolos
            Aku bersujud meminta ampun pada Allah karena aku sudah kalah dengan rasa takut.
            Hari H. Aku berkumpul dengan teman-teman melakukan register. Setelah masuk aku berpisah dengan teman-teman aku lebih memilih duduk di paling depan tengah. Waaah dekat sekali sama pak Welly. Hoho.. Ini bingkisan buku sama pulpen gratis.

Pengalaman Seleksi Beswan Djarum 2014/2015 Kudus

            Tes aku lalui selesai, tesnya apa saja, aku bahas di post berikutnya mengenai tes Beswan Djarum. Pukul 10.30 selesai kami semua diminta menunggu pengumuman selanjutnya. Aku percaya Allah akan mengabulkan doaku untuk membantu orang tua. Karena aku pun bertekad kalau dapat beswan ini bapak harus melepas kewajibannya membayariku.
750 ribu x 12 bulan hasilnya 9 juta aan. Kuliah tinggal 3 semester lagi (3,5 tahun = 7 semester). Amin.
            Aku sama fenny itu berdoa terus. Fenny menerima sms dari kak Anton “Selamat”. Wah selamat ya fen ayo kita lihat, aku berfikir dalam hati juga aku gak di sms kak anton apa aku gak lolos?
      Sampai ditempat pengumuman, aku tidak menemukan nama fenny tapi namaku Swastantika, teman-teman HIMA PGSD juga gak ada. Aku mengucap syukur tapi pikiran ku terfokus ke teman-temanku. Kita datang sama-sama tapi...Kak Anton akhirnya datang eh, malah aku marahin, kak jangan bohongin fenny mana namanya gak ada. Hlo kalian bertiga anis, fenny, swas, aku sms selamat terus aku dilihatin foto bertuliskan nama2 kita dan dilingkari. Kak Anton yang bingung langsung tanya temannya beswan djarum. Ternyata hanya aku yang lolos tes terakhir(gambar).
            Lanjut! Tes ke wawancara. Pukul 14:00 selesai sudah wawancara giliran teman yang lain dari fakultas lainnya. Puasa ramadhan yang sangat berkesan. Agustus pun tiba menanti, dan menanti. Hingga tiba tanggal 29 Agustus aku buka twitter beswan. Ternyata ada pengumuman verifikasi beswan yaitu mengirimkan legalisir IPK tanggal 25-30 Agustus.
            Apa? H-1. Aku langsung ke kampus. Alhamdulillah selesai juga dalam 2 jam. Aku langsung ke kantor pos. Disana aku ketemu Tita dari STAIN Kudus. Kita berkenalan semoga kita berdua lolos dan menjadi teman. Tanggal 30 Galau. Malming Galau. Muter-muter alun-alun deh.
            30 Agustus 23:45 menit semua keluargaku berkumpul diruang keluarga mantengin laptop. 15 mnenit lagi.   31 Agustus 00:00 ku coba buka website. Tidak ada banner pengumuman. Sampai pukul 00:20 kita putuskan untuk tidur dan mematikan laptop. Aku buka twitter lewat hp. Ada tweet baru dari admin beswan. Aku coba buka link yang di update admin dari hp. Bisa. Aku coba ketik No pendaftaranku F1MGD. Lemooot sumpah deg-deg an. Hasilnya ini! (Prt Sc PC)

Pengalaman Seleksi Beswan Djarum 2014/2015 Kudus


Pengalaman Seleksi Beswan Djarum 2014/2015 Kudus

Allhamdullillah, Ya Allah.

Tuesday, August 26, 2014

Novel Perdana Swastisoed-Love Butterfly

Love Butterfly - Swastika Soediro

Waktu berjalan seakan cepat, dan kutahu ku menyukai ini. Awal yang mendebarkan.
"Sebelum gue pulang, gue janji sama almarhum Jo bakal nyelesein novel gue dan tetap membantu anak-anak asuh Jo."
Love Butterfly tulisan singkat tentang impian cinta dan mimpi yang datang dan pergi tak pernah terwujud. Namun, hidup yang keras itu membuat Tasya bertahan dan bertekad mewujudkannya.

Judul : Love Butterfly
Tebal : xii + 98 Hlm
Harga Asli : 36.000
Harga Pre Order : 32.400 (Dis. 10 %)
Penerbit : Raditeens Publisher
ISBN : Dalam Proses

Ongkir ke seluruh Indonesia :
Order 1 Ongkir Rp.15.000
Order 2-3 Ongkir Rp.20.000
Order 4-5 Ongkir Rp.25.000
Deadline Pre Order tanggal 15 Juni 2014 



Swastisoed a.k.a Swastika Soediro a.k.a Swastantika Kumaladevi

Monday, August 25, 2014

Puisi Swastisoed - Berperang Di Sepertiganya

Berperang Di Sepertiganya

Senja sore begitulah lekas berpulang di barat
Gelap takkan berbumi sebab purnamalah mendarat
Waktulah yang mendesir
Mereka bercengkrama di atas batas suci : indah, terus berurus diri hingga terlelap

Malam kejanggalan sepertiganya
membisikkan kata terberat langit: bangun

Mereka menepis dosa
sejenak mengaburkan mimpi dengan raga dan air kecil mengalir : wudlu kata mereka

Malam keraguan selalu menghadang hebat
Hanya UntukNya saja berperang pada malam : berbahagialah

Dan hingga lelap bercengkrama di atas batas suci..
pena kecil menanti mereka mengukir kertas tak berdosa

Untuk aku, kamu dan mereka: Swastika, 2014

Thursday, August 21, 2014

Lirik Lagu Last Child - Tak Pernah Ternilai

Kau menyiksaku disini
Dalam rasa bersalah yang kini
Membunuhku secara perlahan

Kau selalu menghindar dari
Aku yang selalu mencoba
Ungkapkan semua lewat tatap mata ini

Ternyata maafmu tak pernah
Pantas untukku
Kau anggap aku tak ada
Dan kau tak pernah
Mengenal diriku

Reff:
Setidaknya diriku pernah berjuang
Meski tak pernah ternilai dimatamu
Setidaknya ku pernah menanti
Terkapar melawan sepi hatiku
Yang tak pernah bisa berhenti mencintaimu

Kau menghukum hati ini
Hati yang dulu kau
Yakini takkan pernah kecewakanmu

Kau memutuskan tuk pergi
Belum ku sempat memohon
Dan mengemis
Agar kau tetap disini
Ternyata sedalam itu
Kau benci diriku

Kau anggap ku tak terlihat
Meski ku tepat di depan matamu

Reff:
Setidaknya diriku pernah berjuang
Meski tak pernah ternilai dimatamu
Setidaknya ku pernah menanti
Terkapar melawan sepi hatiku
Yang tak pernah bisa berhenti mencintaimu

Setidaknya diriku pernah berjuang
Meski tak pernah ternilai dimatamu
Setidaknya ku pernah menanti
Terkapar melawan sepi hatiku
Yang tak pernah bisa berhenti mencintaimu

Setidaknya diriku pernah berjuang
Meski tak pernah ternilai dimatamu
Setidaknya ku pernah menanti
Terkapar melawan sepi hatiku
Yang tak pernah bisa berhenti mencintaimu

Sunday, August 17, 2014

Puisi Swastisoed - 69 Tahun Indonesia



Langit cerah di esok cendana
Begitu raut wajah mereka tak bergumam lagi
Suka gembira tak mengurung duka bahana
Tuk berkumpul di minggu pagi

Dendang lagu mengiring goyang tangan
Satu satu batang hidung muncul tanpa amnesia
Gelak tawa bergemuruh di setiap insan
Tuk sekedar menyambar kemerdekaan indonesia

Enam puluh sembilan tahun sudah memilih
Merah putih berkibar di langit temaram
Memberi makna hitam putih
Galau dikehidupan juga tak tertinggal siang malam
Ini sedikit sajak cendana
Desa di utara alun alun kota

ARPEN - 69 Egoisme Kita

Merdeka! Merdeka! Merdeka! Begitu lantang suara-suara keluar dari balik sound hitam besar yang berdiri gagah di pinggir lapangan. Ucapan selamat terus mengalir dari seluruh penjuru Indonesia. Tahun 2014, untuk yang ke 69 kalinya masyarakat Indonesia selalu memancarkan raut wajah bahagia dalam sehari di tanggal 17 Agustus. Kemeriahan yang ditunjukan dalam berbagai acara setelah upacara kemerdekaan. Balita, anak, remaja, dewasa dan kakek nenek berbahagia dalam kebersamaan. Hal itu pun dirasakan oleh pengangguran, pemulung, pengamen, hingga pejabat, dan dari sabang sampai merauke.
Lomba makan kerupuk, panjat pinang, tarik tambang, pecah air, joget, futsal, dan tetekbengeknya menghiasi lapangan di setiap penjuru desa di Negara kita. Masyarakat hanya dalam sehari itu dapat berbahagia melepas rindu akan bebas dan merdeka, trenyuh dengan suasana kemerdekaan di setiap desa. Lalu esoknya berjalan seperti biasa masyarakat bekerja, melamun, atau belanja. 69 egoisme kita bukan berarti kita mempunyai sifat 69 egois. Bukan! Lantas apa? 

Sekali lagi selamat mencapai usia 69 tahun Indonesiaku. Mari lekas bangun dari penyakit lama egois. Kenapa? Tanya pada diri kita. 69 tahun lalu masyarakat Indonesia berupaya memperjuangkan haknya demi kepentingan bangsa dan negara. Tiada kata egois dalam diri Ir. Soekarno Hatta beliau yang berpendidikan dan berkecukupan pun masih menengok rakyat yang disiksa penjajah.
            Ir. Soekarno cees tidak egois mereka ingin sesama rakyat Indonesia sama-sama merasakan bahagianya hidup bernegara. 2014. 69 tahun sudah Indonesia merdeka 20 tahun kita menikmati hasil perjuangan Ir. Soekarno. Tapi kita egois! Pahamkan? Kenapa kita diam saja tidak peduli tidak ikut berjuang? Kata tidak berjuang yang saya maksud adalah kita yang males belajar, pacaran, maen mulu, buang sampah sembarangan hamburkan uang dan tetekbengeknya lagi. Apakah ada yang lain? Mari kita renungkan akan lebih dari 69 kali egois yang muncul dalam diri kita bila kita tidak dapat menghapusnya dari sekarang.
            Untuk Indonesia dan untuk pahlawan kami generasi muda akan berubah! Bukan jadi power ranger tapi menjadi pelajar dan mahasiswa yang berbudi luhur membangun Indonesia. (Swastisoed)

Wednesday, August 6, 2014

ARPEN - TERJEBAK DALAM NAMA

Bermain adalah kegiatan yang takkan terlepas dari ingatan seorang anak. Melaluinya dengan teman sepermainnan dan berbagai dolanan yang akhirnya telah musnah dimakan usia milenia 2000. Gadis kecil berperawakan manis putih selalu terlihat diam diantara pasukan merah putih di sekolah dasar. Kecerdasannya terkadang mampu mengenalkan dirinya pada teman-teman kelasnya. Tahun 1994, kelahiran dengan berbagai fasilitas mewah karena kekayaan orang tuanya. Tuhan memberikan anugrah kepandaian diantara bayi-bayi lainnya. Berbagai kejuaraan bayi dapat diraih.
Tahun-tahun silih berganti, daun-daun rindang di atas pohon pun harus gugur jatuh, roda sepeda terhenti di bawah mencium aspal dan tidak lagi berputar. Kebangkrutan orang tuanya terjadi di kelahiran adiknya kedua. Sepertinya Batara Guru mengikuti jelas jejak si gadis. Kesombongan karena anugrah kecerdasan yang ia dapat menambah jalan kesendirian gadis. Jalan mana yang di tempuh tiada sapa, bully yang terlahir.
“Swastantika Kumaladevi” panggil guru kelas IV yang lama menjanda karena kesetiaan pada almarhum suami.
“Hadir bu”
Ya, Swastantika Kumaladevi tak lain adalah gadis itu dan aku. Roda sepeda di arena balap belum juga baik adanya. Caci maki terdengar di sorak- sorak. Botol bekas dan sampah terlihat terbang menuju arahnya berdiri. Namun, Tuhan tak egois roda harus tetap berjalan beberapa teman datang memompa dan berjalan bersama. Daun jatuh yang pernah rindang pun terus terbang tak terarah, terinjak, jatuh di kubangan namun selalu mencoba terbang. Setiap makhluk terlahir untuk mencapai tujuan. Di mana tujuan itu adalah Tuhan meraihNya tetap pada jalan kebenaran dan teguh pendirian.
Tahun-tahun berikutnya tak jauh berbeda. Merasa tak adil mengapa harus diri ini. Begitu banyak cobaan yang ditempuh sang roda. Jalur lambat yang ditempuhnya untuk kemenangan jamak dunia. Luka-luka itu pun mulai mendewasakan Swastantika. Perih selalu melatih raga ini. Hingga di tahun kedelapanbelasku ku temukan jati diri yang hilang setelah benar-benar tertusuk oleh luka yang begitu dalam. Setelah berteman dengan berbagai iblis kehidupan.
Cinta kekasih dan sahabat hanya luka namun aku tak pernah membenci mereka karena merekalah yang mendewasakanku. Ku temukan banyak topeng dikehidupan sebelumnnya. Kini hanyalah nama yang menguatkanku. Ya, si raut wajah tua itu pasti memberiku nama ini untuk kebaikanku juga. Dulu pernah ku membenci nama Swastantika yang terlihat norak dan yang memanggil swas selalu mengartikan negatif atau misuh ‘su-wAS-SU-was’. Bukan ayah ibu yang memberikannya, walau nama Swastantika terlalu berat artinya dan dijadikan pegangan hidup. Berat itu selalu membuat sakit tapi takkan pernah jatuh untuk kedua kalinya.
Beberapa tahun kemudian nama Swastantika memberikan kekuatan hidup dan kebanggaan tersendiri. Walau terkesan hindus begitu cacian mereka. Swastantika mengambil kata SWASTA dan TIKA yaitu Wanita yang berusaha sendiri dan baik jadinya seperti yang kesuksesan yang diraih ayahnya dibidang wiraswasta. Swastika adalah lambang dari perputaran matahari damai bagi seluruh penjuru bumi. Dalam bahasa sansekerta pun berarti sesuatu yang baik.
Sampai sekarang fana bagiku sebuah cinta kekasih dan sahabat. Walau sekarang ku punya 7 sahabat terbaik (Shofa, Osy, Zidni, Reza, Mun, Kuma, VJ and Machito). Biar swastika berjalan tanpa cinta dari siapapun kecuali cinta Tuhan dan Ibu-Ayah. Seperti terjebak dalam nama inginku berusaha terus agar baik jadinya tidak peduli gaya-gaya modern yang ada yang hanya fana dunia. Diri ini bukanlah wanita yang bisa ikut-ikutan saja atau diminta mengikuti. Proses mengenal adalah diriku jika baik akan ku ikuti. Swastika selalu memberikan kasih sayangnya untuk semua makhluk Tuhan karena damai yang dimilikinya walau sampai saat ini swastika tidak mempunyai cinta yang alami dari mereka. Tulisan ini hanya sekedar penguat diri bagi penulis dan bagi pembaca tetaplah hidup menjadi diri sendiri bukan topeng kemunafikan dan buat banggalah nama yang anda miliki jangan dibuat alay. Bersyukurlah!

Ar-pen