PENGERTIAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Salah satu model pembelajaran yang
dapat dikembangkan dan diadopsi untuk menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran
adalah penerapan model Problem Based Learning (PBL).
PBL merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar
dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai dengan
pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata (Tan,2003: Wee &
Kek, 2002:12).
Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan
kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Model ini melatih siswa untuk memecahkan masalah dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Proses tersebut akan membuat terbangunnya pengetahuan baru yang
lebih bermakna bagi siswa. PBL menurut Hudojo (1988:5) merupakan proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak
lagi menjadi masalah baginya.
Pengertian PBL menurut Dutch (dalam Amir,2009:27) adalah metode intruksional yang
menantang peserta didik agar belajar untuk belajar bekerjasama
dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan, kemampuan analisis, dan inisiatif siswa terhadap materi pelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis, dan menggunakan sumber belajar yang sesuai.
Barrow mendefinisikan problem-based learning/PBL sebagai pembelajaran
yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. PBL
merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju
paradigma pembelajaran (barr dan tag,1955). Jadi,fokusnya adalah pembelajaran
siswa dan bukan pada pengajaran guru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata.
Model ini menyebabkan motivasi dan rasa
ingin tahu menjadi meningkat. Model PBL juga menjadi wadah bagi siswa untuk dapat
mengembangkan cara berpikir kritis dan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
PRINSIP MODEL PROBLEM
BASED LEARNING
Premis dasar PBL adalah belajar merupakan proses
konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Glaser
(1991) menyebutkan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan
penerimaan. Proses kognitif itu disebut juga metakognisi. Proses kognitif
selalu mempengaruhi penggunaan pengetahuan, faktor-faktor sosial, dan
kontekstual dalam pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam PBL, yakni:
1.
Belajar adalah
proses konstruktif dan bukan penerimaan.
Psikologi kognitif modern
menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam
jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi
informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan
semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga
bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2.
Knowing About
Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Keberhasilan pemecahan masalah
tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge),
tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara
khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar
diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil
pemecahan masalah masuk akal.
3.
Faktor-faktor
Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan
pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses
pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya
dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar,
kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk
meningkatkan penggunaan pengetahuan.
Bertolak dari prisnip-prinsip pembelajaran di atas, pembelajaran berbasis
masalah dapat ditelusuri melalui tiga aliran pemikiran pendidikan yaitu: Dewey
dan Kelas Demokratis: Konstruktivisme Viaget dan Vygotsky, Belajar Penemuan
Bruner (Ibrahim dan Nur, 2004).
KARAKTERISTIK
MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005)
menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu :
1.
Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam Problem Based Learning lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai
orang
belajar.
Oleh
karena
itu,
PBL
didukung
juga
oleh
teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2.
Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
3.
New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
4.
Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
5.
Teachers act as facilitators.
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.
Berdasarkan
uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh
adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru,
kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui
dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat
memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka
terdorong berperan aktif dalam belajar.
SINTAK/LANGKAH
MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Miftahul Huda (2013:272) menyebutkan sintak operasional
PBL bisa mencakup antara lain sebagai berikut :
1.
Pertama-tama
siswa disajikan suatu masalah
2.
Siswa
mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok kecil. Mereka
mengklarifikasikan fakta-fakta suatu kasus kemudian mendifinasikan sebuah
masalah. Mereka membrainstroming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada
pengetahuan sebelumnya. Kemudian,mereka mengidentifikasikan apa yang mereka
butuhkan untuk meyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka
menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu rencana tidakan untuk
menggarap masalah.
3.
Siswa
terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan
guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, database, website, masyarakat dan
observasi.
4.
Siswa
kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing informansi, melalui peer
teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu.
5.
Siswa
menyajikan solusi atas masalah
6.
Siswa
mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan selama ini. Semua
yang berpatisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review pribadi,review
berpasangan dan review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi
atas kotribusinya terhadap proses tersebut.
Sedangkan, Amir (2009:24) menyatakan terdapat 7 langkah pelaksanaan PBL, yaitu sebagai berikut:
1. Mengklarifikasi Istilah dan Konsep.
Setiap anggota memahami berbagai istilah
dan konsep yang belum jelas di dalam masalah.
2. Merumuskan Masalah. Fenomena yang ada
dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi antara
fenomena itu.
3. Menganalisis Masalah.
Siswa mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah
dimiliki tentang masalah.
4. Menata gagasan siswa dan secara sistematis menganalisisnya. Bagian yang sudah dianalisis dilihat
keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan dan
sebagainnya.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran. Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena
kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang dan
mana yang masih
belum jelas.
6. Mencari Informasi tambahan
(di luar diskusi kelompok).
7. Mensintesa (Menggabungkan) dan menguji informasi
baru, dan membuat laporan untuk kelas. Dari laporan individu/sub kelompok, yang dipresentasikan dihadapan
anggota kelompok lain, kelompok mendapatkan informasi-informasi yang baru. Anggota yang
mendengarkan laporan harus kritis tentang
laporan yang disajikan (laporan diketik, dan
dibagikan kepada setiap anggota).
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
MODEL PBL
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning memiliki beberapa manfaat (Amir,2009:27), yang dipaparkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kecakapan siswa dalam
pemecahan masalah.
2. Lebih mudah mengingat materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
3. Meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi ajar.
4. Meningkatkan kemampuannya yang relevan
dengan dunia praktek.
5. Membangun
kemampuan kepemimpinan dan kerja sama.
6. Kecakapan belajar dan memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pelaksanaannya, Problem Based Learning tentunya memiliki kelebihan dan kelemahannya, yaitu:
Kelebihan:
·
Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah
dalam situasi nyata
·
Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktivitas belajar
·
Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu saat itu dipelajari oleh siswa. Hal ini
mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi
·
Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok
·
Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari
perpustakaan, internet, wawancara dan observasi
·
Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri
·
Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam
kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka
·
Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching
Kekurangan:
·
PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi.
·
PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah
·
Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggiakan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas
·
PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja dalam kelompok. PBL sangat cocok untuk
mahasiswa perguruan tinggi atau paling tidak sekolah menengah
·
PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga
dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan
walapun PBL berfokus pada masalah bukan konten materi.
·
Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa
dalam kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan
memotivasi siswa dengan baik
·
Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap
PERBEDAANNYA DENGAN MODEL KONVENSIONAL
Model konvensional berupa kuliah atau ceramah yang
memusatkan perhatian siswa sepenuhnya kepada guru sehingga yang aktif di sini
hanya guru, sedangkan siswa hanya tunduk mendengarkan penjelasan yang
dipaparkan oleh guru. Partisipasi siswa rendah karena siswa hanya diberi
kebebasan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru
sehingga model konvensional masih kurang menggugah daya pemikiran siswa.
Sedangkan, model PBL adalah model pembelajaran yang
berbasis kepada partisipasi para siswa. Pada jam pertama pembelajaran, model
yang diterapkan adalah diskusi. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang
ditunjuk secara acak. Pertanyaan yang diajukan bersifat menggali pendapat dan
mengembangkan kemampuan analisis siswa. Kemudian, pada satu jam terakhir, guru
memberikan rangkuman dan inti dari diskusi pada hari itu disertai dengan inti
dari konteks materi dihubungkan dengan implementasi di lapangan. Perbedaan Model
Konvensional dengan Model
PBL:
Model
Konvensional
|
Model
PBL
|
Berfokus
pada guru
|
Berfokus
di siswa
|
Guru
menerangkan dan siswa mendengarkan (one way learning).
|
Siswa
menjelaskan (two way learning).
|
Siswa
bertanya.
|
Guru
bertanya.
|
Guru
menjelaskan seluruh materi
|
Guru
merangkum materi berdasarkan hasil diskusi/pemikiran siswa.
|
Key
process is teaching
|
Key
process is learning.
|
Guru
hanya menyiapkan materi
|
Guru
tidak hanya menyiapkan materi, tetapi juga harus menguasai model penyampaian
materi yang efektif.
|
Siswa
pasif (partisipatif rendah).
|
Siswa
aktif (partisipatif tinggi).
|
Siswa
hanya menghafal materi) dan kemudian lupa
|
Siswa
dapat dengan mudah menangkap esensi dari pembelajaran
|
EVALUASI MODEL PEMBELAJARAN PBL
Penilaian dalam Problem Based Learning tentunya tidak hanya kepada hasilnya saja tetapi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. National Research Council (NRC) (dalam Waters and McCracken, -) memberikan tiga prinsip berkaitan penilaian dalam PBM, yaitu yang berkaitan dengan konten, proses pembelajaran, dan kesamaan. Lebih jelasnya sebagai berikut:
·
Konten : penilaian harus merefleksikan apa yang sangat penting untuk
dipelajari dan dikuasai oleh siswa
·
Proses pembelajaran : penilaian harus sesuai dan diarahkan pada proses
pembelajaran
·
Kesamaan : penilaian harus menggambarkan kesamaan kesempatan siswa untuk belajar
Oleh karena itu, menurut Waters and McCracken penilaian yang dilakukan harus dapat :
·
Menyajikan situasi secara otentik
·
Menyajikan data secara berulang-ulang
·
Memberikan peluang pada siswa untuk dapat mengevaluasi dan merefleksi
·
pemahaman dan kemampuannya sendiri
·
Menyajikan laporan perkembangan kegiatan siswa.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam PBM tidak hanya kepada hasil akhir tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah penilaian proses.
Penilaian ini bisa didasarkan pada jenis penilaian otentik dimana penilaian difokuskan terhap proses belajar. Oleh karena itu, peran guru dalam proses PBM tidak pasif tetapi harus aktif dalam memantau kegiatan siswa serta mengontrol agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Sementar itu, untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar yang telah diperoleh siswa, guru pun perlu untuk mengadakan tes secara individual. Jadi penilaian dilakukan secara kelompok juga individual.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Gunantara.2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar Vol: 2 No: 1.
Huda,Miftahul.2013. Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Belajar
Hudojo, Herman. 1988. Strategi Pembelajaran Matematika. Malang: Balai Pustaka.
Muhson, A. 2009. Peningkatan
Minat Belajar Dan Pemahaman Siswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. Pp.
171-182.
Sudarman. 2007. Problem Based
Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan Dan Meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal
Pendidikan Inovatif. Vol. 2 No. 2. Pp. 68-73
Tan, Oon-Seng. 2003. Problem Based Learning Innovation: Using Problem To Power Learning In 21st Century, Thompson Learning.
Wee Keng, Megan A. Kek. 2002. Authentic Problem Based Learning: Rewriting Business Education. Prentice Hall.
MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
BERBASIS MASALAH
"MODEL PROBLEM BASED LEARNING"
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah PAKEM SAINS
Dosen pengampu Yuni Ratnasari. Si, M.Pd
Disusun Oleh :
Swastantika Kumala Devi
2012 33 178
5B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2014
No comments:
Post a Comment