Saturday, October 11, 2014

Puisi Swastisoed - Tengah Malam 12 Oktober


Indah Dunia
Keindahan taman kini seakan berbalut asap abuSenja di sepanjang taman terlihat begitu sesak
Memulainnya baru setengah jam yang lalu
Dan api masih berdiri bermahkota bagai bulu merak
Perempuan samar dibalik api.
Meluluhkan air mata yang jarang terbuang sia-sia
Berbalut hijab memberi makan si lahap bukan merapi.
Hanya abu yang berbekas terbang tanpa dosa
Entah angin kan tetap dan selalu sombong
Mematikan api menghapus rindu
Mengertilah alam tak pernah berbohong
Saat kenangan yang membekas bukan lagi dirimu
            Biarlah hidupku sejalan lurus dengan kertas
            Memberikan tempat seseorang untuk berpuisi
            Menyisihkan makna yang berbekas
            Membantu insan-insan menghapus sedih
: Aku tak pernah berfikir akan lagi menemukan penggantimu. Saat tanggal menetapkan kamu harus tinggal bersama Tuhan di Nirwana sana. Ketika itu juga prinsip kesucian hati melekat pada diri. Tentu aku tidak berkasih lagi. Kesepian? Aku tak pernah merasa kesepian. Karena Allah dan makhluknya selalu menemaniku di kala suka duka. Iri? Ingin berpacaran? Tidak! Aku ingin cepat wisudha saja kali ini. Tidak bisa move on? TIDAK juga! Aku tetap tidak berkasih selain Tuhan. Merindukanmu sama halnya kenangan. Esok lusa tanpa kenangan namun tetap mengenang. Tak pantas memikirkan yang lama. Bersama tuhan dirimu kan lebih bahagia. Walau Ibuku berharap secepatnya mendapat sosok menantu. Bukan dirimu lagi. Bahagiamu Nirwana bukan aku. Setidaknya aku menunggu reinkarnasimu. Tidak! Aku menunggu jodohku saja. Lelaki yang menerima adanya diriku layaknya kamu....

PROBLEM BASED LEARNING

PENGERTIAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan dan diadopsi untuk menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran adalah penerapan model Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata (Tan,2003: Wee   & Kek, 2002:12).
Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Model ini melatih siswa untuk memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya. Proses tersebut akan membuat terbangunnya pengetahuan baru yang lebih bermakna bagi siswa. PBL menurut Hudojo (1988:5)  merupakan proses yang  ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang  dihadapinya  sampai  masalah  itu  tidak lagi menjadi masalah baginya.
Pengertian PBL menurut Dutch (dalam Amir,2009:27) adalah metode intruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah digunakan untuk mengaitkan  rasa keingintahuan, kemampuan analisis, dan inisiatif siswa terhadap materi pelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis, dan menggunakan sumber belajar yang sesuai.  
Barrow mendefinisikan problem-based learning/PBL sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran (barr dan tag,1955). Jadi,fokusnya adalah pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.
Berdasarkan uraian di   atas, dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata. Model ini menyebabkan motivasi dan    rasa ingin tahu menjadi meningkat. Model PBL juga menjadi wadah bagi siswa untuk dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.

PRINSIP MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Premis dasar PBL adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Glaser (1991) menyebutkan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses kognitif itu disebut juga metakognisi. Proses kognitif selalu mempengaruhi penggunaan pengetahuan, faktor-faktor sosial, dan kontekstual dalam pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam PBL, yakni:
1.      Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan.
Psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2.      Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal.
3.      Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan.
Bertolak dari prisnip-prinsip pembelajaran di atas, pembelajaran berbasis masalah dapat ditelusuri melalui tiga aliran pemikiran pendidikan yaitu: Dewey dan Kelas Demokratis: Konstruktivisme Viaget dan Vygotsky, Belajar Penemuan Bruner (Ibrahim dan Nur, 2004).

KARAKTERISTIK MODEL PROBLEM BASED LEARNING
        Berdasarkan   teori   yang   dikembangkan   Barrow,   Min   Liu   (2005)
menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu :
1.    Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam Problem Based Learning lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL  didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2.    Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah  masalah  yang  otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
3.    New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah  mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya,  baik  dari  buku  atau informasi lainnya.
4.    Learning occurs in small groups
Agar   terjadi   interaksi  ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara  kolaborative,  maka  PBM  dilaksakan  dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
5.    Teachers act as facilitators.
Pada  pelaksanaan  PBM,  guru  hanya  berperan  sebagai  fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.
Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

SINTAK/LANGKAH MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Miftahul Huda (2013:272) menyebutkan sintak operasional PBL bisa mencakup antara lain sebagai berikut :
1.      Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah
2.      Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasikan fakta-fakta suatu kasus kemudian mendifinasikan sebuah masalah. Mereka membrainstroming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian,mereka mengidentifikasikan apa yang mereka butuhkan untuk meyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu rencana tidakan untuk menggarap masalah.
3.      Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, database, website, masyarakat dan observasi.
4.      Siswa kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing informansi, melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu.
5.      Siswa menyajikan solusi atas masalah
6.      Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan selama ini. Semua yang berpatisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review pribadi,review berpasangan dan review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kotribusinya terhadap proses tersebut.
Sedangkan, Amir (2009:24) menyatakan terdapat 7 langkah pelaksanaan PBL, yaitu sebagai berikut:
1.      Mengklarifikasi Istilah dan Konsep. Setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang belum jelas di dalam masalah.  
2.      Merumuskan  Masalah.  Fenomena  yang  ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi  antara fenomena  itu.  
3.      Menganalisis  Masalah. Siswa mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki   tentang   masalah.
4.      Menata gagasan siswa dan secara sistematis menganalisisnya. Bagian yang sudah dianalisis  dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan dan sebagainnya.   
5.      Memformulasikan tujuan    pembelajaran. Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang dan mana  yang   masih belum     jelas. 
6.      Mencari Informasi tambahan (di   luar diskusi kelompok).
7.      Mensintesa (Menggabungkan) dan    menguji    informasi baru, dan membuat laporan untuk kelas. Dari laporan individu/sub kelompok, yang dipresentasikan dihadapan anggota kelompok lain, kelompok mendapatkan informasi-informasi yang baru. Anggota yang mendengarkan laporan  harus  kritis   tentang laporan yang disajikan (laporan diketik,  dan dibagikan kepada setiap anggota).

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PBL
        Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning memiliki beberapa manfaat (Amir,2009:27), yang dipaparkan sebagai berikut:             
1.      Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah.    
2.      Lebih mudah mengingat materi pembelajaran   yang   telah dipelajari.     
3.      Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar.          
4.      Meningkatkan  kemampuannya  yang  relevan dengan dunia praktek.     
5.      Membangun kemampuan  kepemimpinan  dan  kerja sama.
6.      Kecakapan belajar dan memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pelaksanaannya, Problem Based Learning tentunya memiliki kelebihan dan kelemahannya, yaitu:
Kelebihan:
·         Siswa  didorong  untuk  memiliki  kemampuan  memecahkan  masalah
dalam situasi nyata
·         Siswa   memiliki   kemampuan   membangun   pengetahuannya   sendiri
melalui aktivitas belajar
·         Pembelajaran  berfokus  pada  masalah  sehingga  materi  yang  tidak  ada
hubungannya   tidak   perlu   saat   itu   dipelajari   oleh   siswa.   Hal   ini
mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi
·         Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok
·         Siswa  terbiasa  menggunakan  sumber-sumber  pengetahuan  baik  dari
perpustakaan, internet, wawancara dan observasi
·         Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri
·         Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam
kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka
·         Kesulitan  belajar  siswa  secara  individual  dapat  diatasi  melalui  kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching

Kekurangan:
·         PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. 
·         PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah
·         Dalam  suatu  kelas  yang  memiki  tingkat  keragaman  siswa yang  tinggiakan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas
·         PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan   bekerja   dalam   kelompok.   PBL   sangat   cocok   untuk
mahasiswa perguruan tinggi atau paling tidak sekolah menengah
·         PBL   biasanya   membutuhkan   waktu   yang   tidak   sedikit   sehingga dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan
walapun PBL berfokus pada masalah bukan konten materi.
·         Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa
dalam kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan
memotivasi siswa dengan baik
·         Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap
PERBEDAANNYA DENGAN MODEL KONVENSIONAL
Model konvensional berupa kuliah atau ceramah yang memusatkan perhatian siswa sepenuhnya kepada guru sehingga yang aktif di sini hanya guru, sedangkan siswa hanya tunduk mendengarkan penjelasan yang dipaparkan oleh guru. Partisipasi siswa rendah karena siswa hanya diberi kebebasan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru sehingga model konvensional masih kurang menggugah daya pemikiran siswa.
Sedangkan, model PBL adalah model pembelajaran yang berbasis kepada partisipasi para siswa. Pada jam pertama pembelajaran, model yang diterapkan adalah diskusi. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang ditunjuk secara acak. Pertanyaan yang diajukan bersifat menggali pendapat dan mengembangkan kemampuan analisis siswa. Kemudian, pada satu jam terakhir, guru memberikan rangkuman dan inti dari diskusi pada hari itu disertai dengan inti dari konteks materi dihubungkan dengan implementasi di lapangan. Perbedaan Model Konvensional dengan Model PBL:
Model Konvensional
Model PBL
Berfokus pada guru
Berfokus di siswa
Guru menerangkan dan siswa mendengarkan (one way learning).
Siswa menjelaskan (two way learning).
Siswa bertanya.
Guru bertanya.
Guru menjelaskan seluruh materi
Guru merangkum materi berdasarkan hasil diskusi/pemikiran siswa.
Key process is teaching
Key process is learning.
Guru hanya menyiapkan materi
Guru tidak hanya menyiapkan materi, tetapi juga harus menguasai model penyampaian materi yang efektif.
Siswa pasif (partisipatif rendah).
Siswa aktif (partisipatif tinggi).
Siswa hanya menghafal materi) dan kemudian lupa
Siswa dapat dengan mudah menangkap esensi dari pembelajaran

EVALUASI MODEL PEMBELAJARAN PBL
Penilaian dalam Problem Based Learning tentunya tidak hanya kepada hasilnya saja tetapi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. National Research Council (NRC) (dalam Waters and McCracken, -) memberikan tiga prinsip berkaitan penilaian dalam PBM, yaitu yang berkaitan dengan konten, proses pembelajaran, dan kesamaan. Lebih jelasnya sebagai berikut:
·         Konten  :  penilaian  harus  merefleksikan  apa  yang  sangat  penting  untuk
dipelajari dan dikuasai oleh siswa
·         Proses  pembelajaran  :  penilaian  harus  sesuai  dan  diarahkan  pada  proses
pembelajaran
·         Kesamaan  :  penilaian  harus  menggambarkan kesamaan kesempatan siswa untuk belajar
Oleh  karena  itu,  menurut Waters and McCracken penilaian yang dilakukan harus dapat :
·         Menyajikan situasi secara otentik
·         Menyajikan data secara berulang-ulang
·         Memberikan peluang pada siswa untuk dapat mengevaluasi dan merefleksi
·         pemahaman dan kemampuannya sendiri
·         Menyajikan laporan perkembangan kegiatan siswa.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam PBM tidak hanya kepada hasil akhir tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah penilaian proses.
Penilaian ini bisa didasarkan pada jenis penilaian otentik dimana penilaian difokuskan terhap proses belajar. Oleh karena itu, peran guru dalam proses PBM tidak pasif tetapi harus aktif dalam memantau kegiatan siswa serta mengontrol agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Sementar itu, untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar yang telah diperoleh siswa, guru pun perlu untuk mengadakan tes secara individual. Jadi penilaian dilakukan secara kelompok juga individual.
 
DAFTAR PUSTAKA
Amir,  M.  Taufiq.  2009.  Inovasi  Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Gunantara.2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar Vol:  2 No: 1.
Huda,Miftahul.2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Belajar
Hudojo, Herman. 1988. Strategi Pembelajaran Matematika. Malang: Balai Pustaka.
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar Dan Pemahaman Siswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. Pp. 171-182.
Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan Dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 2 No. 2. Pp. 68-73
Tan,   Oon-Seng. 2003. Problem Based Learning Innovation: Using Problem To Power Learning In 21st Century, Thompson Learning.
Wee  Keng,  Megan  A.  Kek.  2002.  Authentic Problem Based Learning: Rewriting Business Education. Prentice Hall.
MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
BERBASIS MASALAH

 
"MODEL PROBLEM BASED LEARNING"

Disusun untuk  memenuhi tugas  mata kuliah PAKEM SAINS
Dosen pengampu Yuni Ratnasari. Si, M.Pd

Disusun Oleh :

Swastantika Kumala Devi    
2012 33 178
5B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2014