Saturday, May 31, 2014

Mengenal Love Butterfly - Novel Kecilku

Ini sekilas mengenai LB maap belum sempet posted foto novel nya




Mengenai LB (Love Butterfly)    
           
Buku apa ini kak?? lop baterflai...lop lop an lagi cinta terus kak??
Love butterfly kak bukan lop baterflai.... Iya kak tentang cinta dong tapi ini cinta anak metalhead hlo...

Metalhead apaan tuh??
            Sebutan para pecinta musik keras kayak pak Jokowi noh...cadas mamenn yeahh..


Nahh teruss kenapa yang cadas dibilang kupu kupu kak???
            Nah ituuu “karena cinta hinggap dan terbang sesuka hati” seperti ketika kupu kupu datang membawa cinta kepada sang bunga. Hinggap lalu terbang sesuka hati membawa suka juga duka lara. Karena seorang metalhead juga menginginkan cinta dan kasih sayang tapi ga semua cowok cadas bajingan hloohh..

Kasihan sihh kenalin pemainnya dong kak...
Oke pemain utama si Tasya, Nathasya Ishak seorang gadis remaja SMA muda pendiam dan bodoh yang suka lagu cadas (berbeda dengan banyak gadis pendiam lainnya yang lebih suka lagu slow cinta) punya impian menjadi drummer band metal dan mendapatkan cinta sejati. Jo (anak band dan metalhead) dan Nathan (metalhead namun bukan anak band), mereka berdua sama sama metalhead yang memberikan warna suka duka di hidup Tasya.

Ehh kak tadi bilangnya ga semua cowok cadas bajingan kan...nah kalo gak bajingan ya gak bakal ninggalin tasya lah kak... hayooo???
            Dia meninggal bodoh...maka dari itu disebut kupu kupu...ehh stop banyak tanya deh kamu ya baca dulu deh yahh biar tambah kece badai....



Nah lohh meninggall iya deh kak gue baca dulu dari anak metalhead ada saran atau ritual baca novel ini gakkk kak??
            Minimal beli buku LB yahh yang ori biar kagak kakak santet oke selamat membaca \m/

Sunday, May 25, 2014

ARTIKEL SWASTISOED - ASAL USUL DAN KEBUDAYAAN DESA RAHTAWU



Perjalanan kini menuju ke utara kota Kabupaten Kota Kudus tepatnya di daerah kecamatan Gebog. Terdapat kebudayaan dan mitos yang kental serta folklor di daerah pemukiman warga sebelah utara kota Kudus. Jalan berliku menanjak dan panjang sudah dipastikan adalah daerah gunung. Benar udara dingin di siang hari pun membangunkan bulu-bulu di anggota tubuh. Memasuki gapura Selamat Datang Di Desa Rahtawu adalah kebahagiaan tersendiri dapat menikmati pemandangan gunung yang menjulang dan dibawahnya terdapat berhektar sawah milik warga. Sunyi, dingin, dan segar di waktu siang adalah perasaan yang akan dirasakan warga ataupun pengunjung.
 
Rahtawu merupakan sebuah nama desa yang berada di kecamatan Gebog, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Rahtawu terletak di daerah paling atas dari Kecamatan Gebog, Kudus. Desa Rahtawu ini terdiri dari sebuah lembah hijau yang dikelilingi bukit-bukit terjal. Kehidupan masyarakatnya sebagian besar adalah petani. Padi dan kopi merupakan komoditas unggulan. Di desa Rahtawu juga memiliki potensi wisata yang sangat menarik. Di kawasan ini, dengan ketinggian ± 1.627 m dari permukaan air laut, pengunjung dapat menikmati panorama alam pegunungan yang asri dan indah mempesona dengan udara yang bersih, segar dan sejuk.
Letak geografis desa Rahtawu sendiri seharusnya bisa menarik minat masyarakat untuk melakukan wisata. Bagi para pecinta alam (penjelajahan alam, hiking, dll.) dapat menyusuri jalan setapak menjelajahi medan pegunungan Rahtawu untuk menaklukkan puncak gunung wukir yang disebut dengan puncak Songo Likur. Selain itu, di kawasan itu juga terdapat mata air sungai yang cukup besar di Kudus, yaitu mata air Kali Gelis yang biasanya disebut sungai Serang. Desa Rahtawu memiliki banyak peninggalan kuno yang bersifat mistis salah satunya banyaknya bukti petilasan seperti petilasan Eyang Sakri, Lokajaya, Pandu, Palasara, Abiyoso hingga eyang Semar.
Menurut juru kunci petilasan Eyang Sakri, nama Rahtawu sudah ada sejak zaman nenek moyang (zaman kadewan) dan belum ada seorangpun  yang menceritakan asal muasal nama Desa tersebut. Sedangkan menurut masyarakat setempat nama Rahtawu berarti darah yang mengalir. Pada jaman dahulu, konon pada saat istri Sakri melahirkan seorang anak laki-lakinya yang diberi nama Abiyoso itu banyak mengeluarkan darah bahkan tidak bisa di hentikan, sehingga darah keluar bagai aliran air. Sehingga saat itu sakri yang sekarang dikenal  Eyang Sakri memberi nama desa tersebut RahTawu ( yaitu darah keluar yang banyak dan sampai ditawu ). 
 
Desa Rahtawu dulunya adalah daerah gunung yang bertelaga  yang disebut Wukir Rehtawu. Wukir Rehtawu merupakan salah satu nama puncak pada deretan pegunungan yang tinggi dan luas di Jawa Tengah. Deretan pegunungan itu disebut Sapta Arga. Bukti dari gunung yang bertelaga tersebut adalah ditemukannya fosil-fosil tulang ikan purba, batu karang yang besar dan tanah liat di seluruh pelataran desa ini. Banyak para dewa yang bersemedi di Wukir Rehtawu, setelah perubahan zaman dari masyarakat beragama Hindu hingga Islam masyarakat pun memilih bertempat tinggal di daerah Wukir Rehtawu. Dari satu per satu warga hingga ratusan kini yang bermukim dulunya membabati hutan dan menjadikannya daerah pemukiman warga. Semakin banyaknya warga maka dijadikanlah sebuah desa dengan nama Rahtawu.
Masyarakat desa rahtawu mempercayai bahwa adanya mitos yang beredar secara turun menurun yakni larangan menanggap wayang. Wayang merupakan salah satu kebudayaan di Indonesia untuk meneladani sifat para tokoh dewa. Wayang di Indonesia ditampilkan ketika seorang punya hajat. Namun berbeda dengan masyarakat desa Rahtawu jika masyarakat melanggar tabu dengan menanggap wayang di daerah Rahtawu akan berakibat bencana yang dapat membahayakan masyarakat khususnya bagi dalang yang menanggap wayang tersebut. Musibah tersebut biasanya berupa penyakit aneh yang tidak dapat disembuhkan dan angin besar yang dapat membahayakan masyarakat setempat. Hal ini pun pernah terjadi sebelum abad modern kita dalangnya dikabarkan hilang.
Masyarakat menganggap bahwa para dewa yang dimainkan oleh dalang lewat pagelaran wayang tersebut marah. Dengan adanya mitos tersebut masyarakat desa rahtawu jika mempunyai khajat lebih memilih menanggap tayub atau jogetan tradisional di daerah pantura Jawa Tengah. Budaya yang sanggat kental di masyarakat setempat adalah doa bersama setiap tanggal 1 suro yang bertujuan untuk memanjatkan doa kepada Tuhan dan minta keselamatan agar hasil bumi lebih banyak dari tahun lalu.
Di Rahtawu pengaruh peradaban Hindu, Buddha dan Islam tidak nampak jelas. Tidak ada jejak berupa bangunan peribadatan (candi) Hindu dan Buddha. Bahkan tidak ada arca maupun ornamen bangunan yang terbuat dari batu berukir sebagaimana ditemukan di Dieng, Trowulan, Lawu, dan tempat-tempat lainnya di Jawa. Nilai budaya yang dapat kita ambil untuk sikap dan pribadi kita dari  folklore desa Rahtawu adalah nilai religius untuk selalu bersyukur kepada Allah dengan memanjatkan doa, nilai  peduli lingkungan dan komunikatif sosial.
Dalam nilai karakter budaya folklor Rahtawu yang dapat diaplikasikan ke dalam kepribadian seorang guru adalah

  1. Nilai Toleransi, bahwasannya kita sebagai guru harus memiliki sikap dan kepribadian toleran terhadap anak didik, sesama guru dan masyarakat seperti halnya toleransi yang dimiliki antar masyarakat rahtawu yang memiliki perbedaan keyakinan (antara masyarakat yang beragama islam dengan masyarakat yang beragama hindu).
  2. Nilai kreatif, bahwasannya kita sebagai guru harus memiliki sikap kreatif dalam menciptakan sesuatu dalam pembelajaran, seperti halnya masyarakat Rahtawu yang mempunyai alternatif lain untuk menggantikan pargelaran wayang dengan menampilkan kebudayaan tayub.
  3. Nilai religius, sebagai guru adalah kewajiban untuk memiliki sikap religius seperti Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, berikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah, Shodaqoh/ amal, seperti halnya masyarakat Rahtawu yang memiliki sifat religius yang tinggi dimana masyarakatnya masih kental sekali dengan kepercayaan animisme dan dinamismenya.