PROPOSAL
PENELITIAN KUALITATIF
Oleh :
SWASTANTIKA KUMALA DEVI
2012 33
178
III-D
JUDUL
KEHADIRAN
MUSIK METAL
BAGI
REMAJA DI KOTA KUDUS
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Musik adalah media universal yang mampu berbicara dalam
berbagai bahasa, mampu menyuarakan isi hati para penciptanya dan
mencerminkan kebudayaan dari berbagai macam belahan dunia, belakangan
ini musik sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat luas. Musik juga
dapat mempengaruhi seseorang, terbukti pada trend fashion,
banyak penikmat musik yang meniru gaya berpakaian dari musisi yang
mereka favoritkan.
Musik bukan sekedar kumpulan nada yg
memiliki kepaduan dan harmonisasi serta terikat dalam satu irama dan
tempo yg beraturan. Sampai saat ini terdapat banyak aliran
musik yang ada di masyarakat seperti musik Pop, Rock, Jazz bahkan
Metal Underground. Metal merupakan salah satu aliran
musik yang muncul sekitar awal tahun 70-an.
Metal merupakan aliran musik yang lebih keras dibandingkan dengan
Rock walau terdapat juga band metal yang memiliki lagu dengan
nyanyian yang terkesan slow. Genre Metal yang dikategorikan keras
dimana lagunya memiliki vocal ala
scream,
growl
dan yang terbaru adalah
pigsqueal.
Begitu banyak kesalahpahaman pandangan dan persepsi orang tentang
aliran metal, dan dengan hal itu adalah cukup sebagai alasan untuk
membuat orang lebih tahu tentang betapa mereka salah menilai tentang
aliran metal
Musik metal ditandai oleh ritme yang cepat dan keras serta hingar
bingar penonton dan pemusik yang mengayun-ayunkan kepala ke atas dan
kebawah (topdown), berputar (circular
swing), atau dengan kepala berputar sambil diayunkan ke atas
dan ke bawah (the whip), gerakan kepala memutar tak
menentu (drunken style), menggerakkan kepala ke sisi
kiri dan kanan (side to side), serta the
whiplash yakni mengayunkan kepala ke atas dan ke bawah
dengan kecepatan penuh.
Secara umum, lirik dan gaya pertunjukkan musik metal ini
diasosiasikan dengan konsep maskulinitas. Kehadiran musik metal bagi
masyarakat Kudus sendiri sudah terbilang cukup lama berkembang. Sejak
tahun 1996 musik metal mulai diketahui oleh masyarakat Kudus walau
tidak banyak peminatnya. Seperti halnya sejarah musik metal di Eropa
bahwa aliran musik ini mengandung aliran sesat dengan berbagai
ritualnya ketika pementasan band, musisi band metal di Kudus dahulu
juga pernah menggunakan ritual tersebut.
Para musisi underground di Kudus hanya mengapresiasikan kreasi
lagunya dan kepiawaiannya dalam bermusik. Aliran musik metal di Kudus
terus berkembang hingga tahun 2009 lalu peminatnya bertambah
terutama di kalangan remaja Kudus. Walaupun terlalu keras nada dan
tidak jelasnya lagu yang dinyanyikan, peminat dari musik metal juga
tidak kalah populer dibanding penggemar musik pop yang sering muncul
di tv.
Penggemar musik metal di dunia diantaranya 90 % berjenis kelamin
laki-laki dan sisanya perempuan dari anak SD, remaja, hingga dewasa.
Peminatnya juga tidak berprofesi sebagai musisi saja namun, mereka
ada yang berprofesi sebagai pengangguran, pelajar, guru SD, penjual,
dosen universitas, seniman hingga gubernur DKI Jakarta.
Kota Kudus sekarang ini dapat dikatakan mendapat peringkat nomor 5
se-Indonesia sebagai penyelenggara event metal tersukses dan penikmat
musik keras setelah kota Bandung, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta.
Berbeda dengan kota Bandung yang kehadiran musik metal sudah
membudaya dengan campuran ragam alat musik daerah. Berbeda lagi
dengan musik metal di Eropa yang bersifat satanis, di Kudus penikmat
musik metal jelas memiliki idealisme yang berbeda dengan satu sama
lain.
Di daerah Jurang banyak penikmat musik metal tetap eksis di dunia
musik keras yaitu band metalnya namun, disisi lain mereka popular
dengan kemenangannya di setiap lomba rebana di masjid. Berbeda di
daerah pedawang mereka yang eksis totalitas band underground ini
lebih banyak menganut satanis namun tidak merugikan masyarakat.
Kehadiran musik metal tidak dapat dilepaskan dari gaya
hidup remaja baik sebagai pelaku maupun penikmat atau fans
musik metal. Dengan berpakaian hitam-hitam, costum zombie
pada waktu di atas panggung, suara dan irama yang bingar dan hingar
sehingga membuat sebagian masyarakat merasa telinganya menjadi tuli,
inilah hal yang negative yang dipandang oleh msyarakat dalam arti
sempit. Berdasarkan permasalahan yang terdapat di
latar belakang, akan diadakan penelitian deskriptif tentang
”Kehadiran Musik Metal Bagi Remaja di Kota Kudus”.
Fokus
Penelitian
Banyak ilmuwan memiliki pandangan bahwa musik
metal terkait dengan masalah-masalah sosial seperti bunuh diri,
kehancuran diri dan Satanisme. Namun, awal tahun 2012 kehadiran musik
metal di Kudus semakin popular. Kalangan remaja Kudus ternyata
semakin menggemari aliran metal. Hal ini dibuktikan dalam acara gigs
tahunan yang diadakan event organitation Kudus bahwa tiket dengan
harga Rp. 15.000,00 per orang habis ludes oleh 500 penonton hanya
untuk berpesta ria.
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu
pada suatu fokus. Tidak
ada satu penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya fokus. Menurut
Moleong (2006: 386), ” Fokus itu pada dasarnya adalah sumber pokok
dari masalah penelitian.” Di dalam latar belakang masalah di
atas ada beberapa masalah yang diungkapkan. Akan tetapi, permasalahan
hanya difokuskan pada masalah implikasi
kehadiran metal sebagai subkultur bagi remaja di kota Kudus.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dikaji pada
penelitian ini dapat diformulasikan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
Bagaimana
profil musik metal di kalangan kaum muda Kota Kudus?
Faktor-faktor
apa yang mendorong kaum muda di Kota Kudus menyukai musik metal?
Bagaimana
implikasi musik metal terhadap perilaku kaum muda di Kota
Kudus?
Tujuan
Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Secara umum
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk
menemukan, mengembangkan, dan membuktikan pengetahuan, (Sugiyono,
2008: 290). Di dalam penelitian ini, tujuan secara umum dilakukannya
penelitian ini untuk menemukan, mengembangkan, dan membuktikan
pengetahuan tentang kehadiran musik musik metal di kalangan kaum muda
b.
Secara khusus
Setiap penelitian pastinya memiliki suatu tujuan
yang ingin dicapai. Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian
ini, di antaranya:
Untuk
mengetahui bagaimana profil musik metal di kalangan kaum muda kota
kudus.
Untuk
mengetahui factor apa yang mendorong kaum muda di Kota Kudus
menyukai musik metal.
Untuk
mengetahui bagaimana implikasi musik metal terhadap perilaku
kaum muda di Kota Kudus.
Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang dirumuskan, maka manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Manfaat bersifat teoritis (akademik)
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pendidikan, khususnya
dalam dunia pendidikan musik di masyarakat. Pengembangan tersebut
berkaitan dengan pendayagunaan interaksi sosial dalam rangka
menciptakan karakter dan moral individu kaum muda sehingga
menghasilkan individu yang berkarakter, kreatif (menjadi
musisi) dan bermakna bagi masyarakat.
b.
Manfaat bersifat praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan
memberikan kontribusi dan referensi terhadap pemerintah dan
masyarakat sebagai komponen perumusan
kebijakan. Oleh
karena itu, hasil penelitian diharapkan menjadi bahan rujukan
pengembangan kreasi musik individu yang tidak melenceng dari norma.
Jadi, individu tetap berkarya dengan aliran metal namun sesuai
karakter budaya yang telah dimiliki masyarakat.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
Hasil
Penelitian yang Relevan
Studi
penelitian relevan pertama tentang masalah kehadiran musik keras di
kalangan remaja sebelumnya telah diteliti oleh I Dewa Gede
Kusuma mahasiswa Program Studi Antropologi Fakultas Sastra
Universitas Udayana tahun 2012. Penelitiannya yang berjudul “Musik
Indie Bagi Kalangan Remaja Di Kota Denpasar”, pertama Ia
memaparkan bahwa latar belakang musik Indie di Kota Denpasar
berawal dari era perkembangan penyanyi pop Bali kemudian berkembang
lagu pop Bali dengan konsep grup band hingga menuju era musik
Indie yang tumbuh atas kreativitas remaja dalam bentuk grup
musik Indie dengan aliran yang berbeda-beda.
Musik
Indie dalam bentuk grup band sesuai dengan latar
belakang budaya berkesenian masyarakat Bali yang sudah dibentuk sejak
dini melalui sekaa-sekaa kesenian di lingkungan banjar.
Perkembangan musik Indie didorong oleh dukungan dari
media-media promosi grupband Indie, media menggambarkan bentuk
grup bandIndie pada remaja di Kota Denpasar. Kedua Faktor
pendorong remaja menyukai musik Indie dipengaruhi oleh factor
internal serta faktor eksternal dalam diri remaja.
Faktor
internal remaja menyukai musik Indie karena musik Indie
menjadi suatu hiburan bagi remaja, ingin diakui keberadaan diri
remaja, didukung oleh bakat dan kreativitas yang tumbuh sebagai
kelebihan dalam diri remaja yang dituangkan dalam bentuk band
Indie. Faktor eksternal berada diluar dir remaja namun menjadi
faktor yang pendorong remaja menyukai band Indie.
Faktor eksternal dari luar diri remaja seperti lingkungan dan
pengaruh sosial remaja di Kota Denpasar yang mengikuti suatu trend
musik, yakni musik Indie.
Ketiga,
implikasi musik Indie terhadap remaja terdiri dari implikasi
positif dan implikasi negatif. Implikasi positif sebagai peningkatan
ekonomi dan usaha-usaha yang berkaitan langsung terhadap musik Indie
dalam bentuk pakaian atau clothing. Grupband Indie
selain sebagai hiburan dan idola remaja juga berfungsi
mengarahkan remaja kearah positif sehingga remaja tidak kehilangan
arah yaitu sebagai sarana remaja menyalurkan bakat kreatif dalam
berkesenian. Implikasi negatif berupa sudut pandangan berbeda dari
orang tua terhadap anak remaja selaku penggemar dari bandIndie,
kecenderungan dari pengaruh alkohol dan budaya tato terhadap remaja
penggemar musik Indie.
Penelitian
relevan kedua mengenai musik metal yang dilansir oleh Sciencedaily;
2011, menyebutkan bahwa penggemar musik heavy metal ternyata lebih
pandai meredam emosi negatif, lebih ekspresif dan lebih bisa
meluapkan kemarahannya. Penelitian yang melibatkan 1.057 murid dari
usia antara 11 dan 18 tahun dari sekolah National Academy di Amerika.
Semua
responden diteliti dengan cermat hubungan mereka dengan keluarga,
perilaku di sekolah, bagaimana mereka menghabiskan waktu santai,
musik kesukaan, dan jenis media yang mereka konsumsi. “Penelitian
ini berhasil membuktikan bahwa bahwa presepsi yang selama ini beredar
salah. Selama ini orang menganggap murid yang cerdas dan memiliki
intelijensi tinggi cenderung didominasi mereka yang suka musik klasik
dan menghabiskan banyak waktu untuk membaca, ” ujar Stuart
Cadwallader, kepala penelitian dari Warwick University.
Sayangnya,
menurut Stuart studi mereka yang menikmati musik heavy metal
cenderung mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan dengan keluarga
dan teman-teman mereka. Dan mereka menjadikan musik sebagai media
‘keterbukaan’. Sebagian besar murid mengatakan mereka tidak
mempertimbangkan untuk menjadi penganut Metal sejati tapi musik heavy
metal memahami aspek spesifik kebudayaan pemuda saat ini.
Dengan
menggunakan musik yang keras dan agresif, mereka bisa keluar dan
lepas dari rasa frustrasi dan kemarahan. Di sini berhasil dibuktikan
bahwa musik heavy metal atau cadas juga bisa meredakan situasi hati
atau mood yang sedang buruk. Menurut Stuart, banyak musisi aliran
heavy metal juga memiliki tingkat intelijensi tinggi seperti vokalis
Iron Maiden, Bruce Dickinson, yang selain sebagai musisi, juga
berprofesi sebagai novelis dan pilot penerbangan komersial.
Dari
hasil penelitian yang relevan dengan focus aliran musik keras tentang
kehadiran musik underground di kalangan remaja tersebut, dapat
disimpulkan bahwa aliran musik membawa aura, sikap, dan penampilan
yang berbeda-beda bagi kaum muda, Di daerah Kudus sendiri penikmat
musik metal oleh remaja semakin meningkat sehingga, peneliti
melakukan penelitian deskriptif untuk membuktikan
karakteristik, factor pendorong, dan implikasi dari kehadiran musik
metal bagi kaum muda di daerah Kudus.
Acuan
teoritik
Pengertian
Musik
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2001) menyatakan musik adalah
nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung
irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat
yang menghasilkan bunyi). Sejarah perkembangan musik tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan budaya manusia karena musik merupakan
salah satu hasil dari budaya manusia di samping ilmu pengetahuan,
arsitektur, bahasa dan sastra, dan lain sebagainya.
Musik
menurut Banoe (2003 : 288), musik yang berasal dari kata muse yaitu
salah satu dewa dalam mitologi Yunani kuno bagi cabang seni dan ilmu;
dewa seni dan ilmu pengetahuan. Selain itu, beliau juga berpendapat
bahwa musik merupakan cabang seni yang membahas dan menetapkan
berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami
oleh manusia. Musik adalah seni
penataan bunyi secara cermat yang membentuk pola teratur dan merdu
yang tercipta dari alat musik atau suara manusia. Musik biasanya
mengandung unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna bunyi
(Syukur,2005).
Dari
defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa musik merupakan seni
yang melukiskan pemikiran dan perasaan manusia lewat keindahan suara.
Sebagaimana manusia menggunakan kata-kata untuk mentransfer suatu
konsep, ia juga menggunakan komposisi suara untuk mengungkapkan
perasaan batinnya. Seperti halnya ragam seni lain, musik merupakan
refleksi perasaan suatu individu atau masyarakat. Musik merupakan
hasil dari cipta dan rasa manusia atas kehidupan dan dunianya.
Genre
musik (Wikipedia bahasa Indonesia, 4 Desember 2013) adalah
pengelompokan musik sesuai dengan kemiripannya satu sama lain. Sebuah
genre dapat didefinisikan oleh teknik musik, gaya, konteks, dan tema
musik. Secara umum, musik dikelompokkan menurut kegunaannya, yang
dapat dikelompokkan dalam tiga ranah besar, yaitu Musik Seni, Musik
Populer, dan Musik Tradisional.
Musik
popular merupakan jenis-jenis musik yang saat ini digemari oleh
masyarakat awam. Musik jenis ini merupakan musik yang sesuai dengan
keadaan zaman saat ini, sehingga sesuai di telinga kebanyakan orang.
Genre musik ini dapat ditemui di hampir seluruh belahan dunia oleh
karena sifat musiknya yang hampir bisa diterima semua orang. Jenis
musik yang termasuk genre musik populer adalah pop, jazz, gospel,
blues, funk, rock, ska, reggae, hip hop, dangdut, hardcore, dan
metal.
Musik
Metal, Pengertian dan Sejarah Musik Metal Secara Umum
Awal mula adanya musik metal berawal dari
Heavy
metal.
Heavy
metal adalah sebuah aliran musik rock yang
berkembang pada
1970-an, dengan
akar dari blues rock dan psychedelic rock. Aliran musik ini ditandai
dengan distorsi Gitar yang sangat kuat, solo gitar panjang, ketukan
cepat, baik disemua instrumentasi alat musiknya. Lirik heavy
metal berkaitan dengan maskulinitas dan kejantanan. Judas Priest
mengembangkan genre ini dengan menghilangkan unsur blues dan lebih
mengandalkan distorsi, beat yang lebih cepat, dan harmoni.
Pada akhir 70′an munculah New Wave oF British Heavy Metal lebih
sering disingkat (NWOBHM), yang dipelopori Motorhead. NWOBHM
menggabungkan Punk dan Heavy Metal. Awal era 80′an digawangi
oleh band-band NWOBAM Heavy Metal akhirnya bertabrakan dengen musik
Pop hal ini memunculkan genre yang disebut Glam metal. Pada era 90′an
musik Heavy Metal mulai digoyang oleh munculnya kekeuatan Alternative
Rock khususnya Grunge.
Band-band Glam Metal pada era 80′an mengalami penurunan
popularitas, publikasi pada saat tersebut mentitik beratkan pada
Grunge. Sementara itu band-band seperti Metallica, Pantera,
Tool, White Zombie dan Megadeth menjadi ujung tombak keberadaan musik
metal saat tersebut.
Pada tahun
1990-an underground
ini lebih memasuki ke Extreme metal seperti Grindcore dipelopori oleh
Napalm Death dan Brutal Truth, berkembang pada 1991 menjadi
death metal. Musik metal pun terus berkembang dengan
kreatifitas para musisi mengembangkan satu genre dengan genre yang
lain hingga saat ini. Jenis-jenis musik metal sebagai berikut :
-
Nu metal (disebut juga new metal / nĂĽ metal / neo metal) adalah
genre musik yang mirip musik grunge dan alternative metal dengan
musik funk, hip-hop, dan subgenre heavy metal. Musik nu metal
yang menonjolkan banyak rap sering disebut rapcore.
-
Glam metal (juga dikenal sebagai metal combing dan sering
digunakan secara sinonim dengan logam pop) adalah sebuah subgenre
dari hard rock dan heavy metal. Ini menggabungkan unsur-unsur genre
dengan punk rock, menambahkan kait catchy dan riff gitar, sedangkan
pinjaman dari estetika 1970 glam rock.
-
Death metal adalah subgenre yang ekstrim dari musik heavy metal. Ini
biasanya mempekerjakan gitar sangat terdistorsi, memetik tremolo,
vokal menggeram dalam, ledakan mengalahkan drum, kunci kecil atau
keadaan tanpa nada, dan struktur lagu yang kompleks dengan beberapa
perubahan tempo. Slayer, Kreator, Celtic Frost, dan Venom adalah
pengaruh yang sangat penting bagi kerajinan dari genre. Sejak itu,
death metal telah terdiversifikasi, pemijahan berbagai subgenre.
-
Thrash metal adalah subgenre dari heavy metal yang ditandai paling
biasanya dengan tempo cepat dan agresi. Lagu thrash metal biasanya
menggunakan ketukan perkusi yang cepat dan cepat, low-mendaftar riff
gitar, dilapis dengan merobek-robek-gaya kerja memimpin. Lyrically,
thrash metal lagu sering berurusan dengan isu-isu sosial dan cela
untuk Pendirian, sering menggunakan bahasa langsung dan yang mengadu.
-
Black metal adalah subgenre yang ekstrim dari musik heavy metal.
dengan lirik vokal yang “Luciferian (Satanik)”. Band-band ini
menampilkan sisi kegelapan alam baka, tampil diatas panggung dengan
penampilan seperti mayat atau mengecat tubuh seperti tengkorak.
Aliran ini menampilkan musik Dead-Earnest Demonik dengan lirik-lirik
pembunuhan atau pembakaran gereja.
Secara teknis musik mereka menggunakan keyboard untuk menghasilkan
suara fuzzy dengan vokal yang menyayat. Band-band yang menganut
aliran ini antara lain Dimmu Borgir dan Crade of Filth, Venom,
Hellhammer, Celtic Frost, dan Bathory.
-
Heavy metal (sering disebut hanya sebagai logam) adalah genre musik
rock yang dikembangkan dengan akar dari blues rock dan psychedelic
rock, band yang menciptakan heavy metal mengembangkan suara, tebal
besar, ditandai dengan distorsi yang sangat diperkuat, diperpanjang
solo gitar, ketukan tegas, dan kenyaringan keseluruhan.
-
Power metal adalah gaya karakteristik menggabungkan Heavy metal dari
traditional metal dengan speed metal, sering dalam konteks simfoni.
Umumnya, power metal ditandai dengan suara yang lebih menggembirakan,
berbeda dengan berat dan disonansi lazim dalam gaya seperti doom
metal dan death metal.
-
Doom metal merupakan bentuk ekstrem dari musik heavy metal yang
biasanya menggunakan tempo lambat, rendah-tuned gitar dan banyak
“lebih tebal” atau “lebih berat” suara dari genre metal
lainnya. Baik musik dan lirik berniat untuk membangkitkan rasa putus
asa, takut, dan azab yang akan datang.
Gothic Metal
Gothic Metal adalah evolusi Doom Metal, awal genre ini adalah
munculnya band-band Death/Doom dari inggris yaitu My Dying Bride,
Paradise Lost, Anathema, band Gothic Metal sekarang banyak
mengandalkan harmoni antara vocal pria dan wanita (terkadang dengan
growl).
-
Folk metal merupakan perpaduan dari heavy metal dengan musik rakyat
tradisional. Ini termasuk meluasnya penggunaan instrumen rakyat.
Berbagai macam instrumen rakyat digunakan dalam genre dengan banyak
band akibatnya menampilkan enam atau lebih anggota di line up-reguler
mereka. Sebuah beberapa band yang juga dikenal mengandalkan
keyboard untuk mensimulasikan suara instrumen rakyat. Lirik dalam
genre biasanya berurusan dengan fantasi, mitologi, paganisme, sejarah
dan alam.
Sejarah
Musik Metal Di Indonesia Dan Kudus
Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit
dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai
pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan,
Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo),
AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten.
Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground
sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70-
an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir
asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan
musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk
ukuran jamannya.
Menjelang
akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang
mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik
metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band
yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus,
Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota-
kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta,
Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir
dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal
pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988.
Komunitas
anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa
hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok
Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker
Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante
Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana.
Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru
di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock
atau metal.
Anak-anak
metal sering terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza
dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka
selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal dan
internasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan
pengorganisiran konser. Lahirnya band-band baru bergenre metal oleh
remaja Indonesia terus mendongkrak industri music. Tidak berbeda
dengan Bandung, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, dan Solo, Kudus juga
berhasil melahirkan musisi – musisi ternama hingga sekarang telah
dikenal masyarakat kota besar di Indonesia. Sebut saja Cemetery band
death metal tahun 1996 yang telah mengeluarkan 4 album lagu, tour
membawa nama kota kretek hingga menyelenggarakan event organitation,
Berzier 1998 band black metal juga sudah mengeluarkan 1 album dan
tour ke pulau Jawa.
Sejak
tahun 2009 musisi-musisi metalhead Kudus juga telah membuat event -
event besar dan dapat dikatakan sukses. Musik metal sangat membudaya
di Indonesia hingga khususnya kota Kudus. Pelajar Kudus sangat
antusias dengan kehadiran music metal melanjutkan misi-misi metalhead
terdahulu mengembangkan music metal di Kudus. Terlihat lahirnya band
- band baru embrio kecil sejak tahun 2000 hingga sekarang, seperti
Mahkota, Ultroebatis, Auspicious, Vollmond, Fatal, Faith Of God,
Coffee To Last Night, Aborigin, Looking Aurora, dan masih banyak
lagi.
Pengertian
Remaja dan Karakteristiknya
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko,
1984 dalam Rice, 1990). Masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun
atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001). Yang dimaksud
dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan (Papalia & Olds, 2001).
Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan
tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara
berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang
berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan
Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan
kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.
Batasan
usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara
12 hingga 21 tahun. Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa
remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun,
masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18
tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:
192)
Tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus
identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap
perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan
ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat
menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan
peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman,
2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk
menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah
nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut
seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan
peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.
Ciri-ciri Masa
Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
Peningkatan
emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress sebagai hasil dari
perubahan fisik terutama hormon yang terjadi. Mereka diharapkan
untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih
mandiri dan bertanggung jawab.
Perubahan yang
cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri.
Perubahan dalam
hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama
masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya yang baru dan
lebih matang.
Perubahan
nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
Kebanyakan
remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain
mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut,
serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung
jawab tersebut.
Tugas
perkembangan remaja
Tugas perkembangan
remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
memperluas
hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan
kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
memperoleh
peranan sosial
menerima
kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
memperoleh
kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
mencapai
kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
memilih dan
mempersiapkan lapangan pekerjaan
mempersiapkan
diri dalam pembentukan keluarga
membentuk
sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
Metal
Sebagai Subkultur
Kultur menurut KBBI adalah (noun)
kebudayaan: -- Barat; -- Timur, sedangkan subkultur adalah
bagian dr suatu kultur. Menurut Fitrah Hamdani dalam Zaelani
Tammaka (2007:164) “Subkultur adalah gejala budaya dalam masyarakat
industri maju yang umumnya terbentuk berdasarkan usia dan kelas.
Secara simbolis diekspresikan dalam bentuk penciptaan gaya (style)
dan bukan hanya merupakan penentangan terhadap hegemoni atau jalan
keluar dari suatu ketegangan sosial”.
Berasal dari penelitian Hebdige di tahun 1977 tentang kebudayaan kaum
muda Inggris yang dikonstruksi untuk merespon kebudayaan dominannya,
konsep subkultur Hebdige kemudian menjadi jalan bagi berbagai
penelitian yang mempersoalkan kebudayaan kaum muda (youth
culture). Subkultur selalu merupakan “jawaban” kaum muda
terhadap parent culture yang dianggap dominan (Hebdige, 2002). Dalam
penelitian ini, Metal adalah subkultur yang dibicarakan.
Melalui penelitiannya tentang subgenre Death Metal, Purcell (2003)
melakukan analisis terhadap berbagai konstruksi pemaknaan dalam
praktik subkultural Death Metal di Amerika Serikat. Baik dari
filosofi hingga tatanan sosial dalam komunitas penikmat subgenre
tersebut. Hal penting dari Purcell adalah pemosisian yang
dilakukannya terhadap subkultur (Death) Metal ke dalam kerangka
sosial yang lebih besar. Death Metal – seperti juga subgenre Metal
lainnya – termasuk subgenre yang paling mendapat kecaman di Amerika
Serikat, karena citraannya yang dekat dengan tindak kekerasan dan
anarki.
Untuk dapat memahami persoalan Purcell (2003) di atas, membingkai
Metal sebagai subkultur akan memberikan jalan untuk menjelaskan bahwa
komunitas, aktivitas produksi artistik (lirik, musik, visual) hingga
peta sosial di kancah Metal Indonesia merupakan seluruh elemen Metal
yang terintegrasi ketika membicarakan Metal Indonesia.
Wenstein mengatakan,“… a genre requires a certain sound, which is
produced according to conventions of composition, instrumentation,
and performance. For some types of musik the sonic requirements in
themselves define the genre, But most musik also incorporates a
visual dimension. Finally, some musik has words that provide an added
dimension of meaning. In the case of heavy metal, the sonic, the
visual, and the verbal dimensions all make crucial contributions to
the definition of the genre.” (2000: 6 – 7).
Merujuk pada Weinstein, Metal adalah subkultur yang dikonstruksi
tidak hanya melalui musik itu sendiri, namun juga melibatkan berbagai
praktik subkultural secara menyeluruh. Sebagian ahli berpendapat
bahwa Wenstein (2000) terjebak pada keinginannya untuk
mendeskripsikan Metal ke dalam pola semiotik dalam tradisi kajian
kebudayaan, tanpa berusaha lebih jauh lagi meninjau mengapa terjadi
kecenderungan tertentu dalam subgenre Metal. Wenstein juga dianggap
tidak dapat melihat lebih dalam dari permainan simbolik dalam wacana
Metal, seperti lirik dan muatan ekstra-musikal lain, seperti isu
satanisme.
Metal merupakan produk dari kebudayaan populer global dan juga
merupakan turunan dari salah satu genre dalam musik populer, yakni
musik Rock. Subkultur Metal Indonesia bagaimanapun
independennya, tetap memiliki struktur yang serupa dengan industri
musik mainstream, ataupun dengan parameter musik populer yang
ditawarkan Shuker (2001). Subkultur ini memiliki jaringan produksi
dan konsumsi musik yang langsung berkaitan dengan produk utama
industri musik, yaitu album rekaman dan konser, maupun subproduknya
seperti T-Shirt, majalah, fanclub, video musik, poster dan lain-lain.
Miles & Miles (2004) menyimpulkan,“From this point of view,
consumption is not a free-standing phenomenon. Rather, it is
determined by the general rules of production. Collective consumption
represents a significant aspect of social change insofar as urban
politics becomes focused around this very issue” (2004: 5)
Walau Miles & Miles membicarakan ruang kota dalam bingkai
konsumsi, buku ini menjadi relevan karena selain Metal adalah
kebudayaan urban yang juga berasal dari praktik konsumsi (musik
populer), namun yang juga patut diperhatikan adalah subkultur Metal
Indonesia telah berhasil mengapropriasi ruang-ruang kota tertentu
menjadi “kota Metal,” seperti yang terjadi pada Ujung Berung
(Cimahi, Bandung), Solo (Jawa Tengah) dan Kudus (Jawa Tengah).
Hal ini diperlukan untuk menjelaskan aspek geografi kultural Metal
yang mampu memberi identifikasi baru terhadap kedua kota itu.
Artinya, konsumsi terhadap musik populer dapat mengubah konstruksi
geografi kultural (kota). Ujung Berung, misalnya, kini dikenal
sebagai kota Metal Jawa Barat dan pusat pergerakan Metal underground
Jawa Barat. Sebaliknya hal tersebut dapat dianggap menentukan
konsumsi terhadap Metal bagi generasi muda Ujung Berung selanjutnya.
Setelah menjadi situs Metal, situasi tersebut dapat membuat
orang-orang yang tinggal di dalam situs tersebut “menjadi Metal.”
Ideologi yang disusupkan ke dalam musik oleh berbagai komunitas Metal
yang berbeda ideologi, hanya dapat ditunjukkan melalui analisis
terhadap lirik. Sebagai contoh, Metal Kasundaan dari komunitas
Ujungberung Rebels, yang menampilkan gejala esensialisme etnis
Sunda dengan tampilnya beberapa band dari komunitas ini yang
menggunakan lirik berbahasa Sunda. Komunitas ini menjadikan aspek
kebahasaan sebagai alat untuk mengindentifikasi diri.
Subkultur kebanyakan dipandang sebagai ruang bagi budaya menyimpang
untuk menasosiasikan ulang posisi mereka atau untuk meraih tempat
bagi dirinya sendiri. Sehingga kebanyakan teori subkultur terkait
dengan perlawanan semakin kentara. Kebanyakan kita menganggap dan
mengidentikkan subkultur dengan suatu kegiatan yang sifatnya negatif.
Padahal, kalau kita tahu dan sadar akan arti dan tujuan kata
tersebut, subkultur tidak selalu ditujukan untuk hal yang negatif.
Implikasi
Metal Sebagai SubKultur (Cabang Kebudayaan)
Implikasi menurut KBBI adalah 1
keterlibatan atau keadaan terlibat: -- manusia sbg objek percobaan
atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya; 2
yg termasuk atau tersimpul; yg disugestikan, tetapi tidak dinyatakan:
apakah ada -- dl pertanyaan itu?;
Subkultur adalah komunitas sosial, etnik, regional, ekonomik,
atau sosial yang menunjukkan perilaku khas yang cukup membedakannya
dari komunitas lain dalam lingkup suatu kebudayaan atau masyarakat
yang besar. Banyak subkultur yang lahir dari kalangan anak muda.
Inilah yang kemudian memunculkan istilah youth culture
(budaya anak muda) dan parent culture (budaya orang tua,
tradisi). Metal dalam misinya mentransmisikan budaya melalui
musik dianggap sebagai subkultur. Dari awal kemunculannya, metal
telah menjadi aliran musik bagi sekelompok orang yang menggemarinya.
Ia juga banyak dipandang sinis oleh banyak kalangan dikarenakan suara
agresif, elemen-elemen kegelapan yang ditonjolkan dan gaya berpakaian
dari para musisi dan penggemar membuat pertimbangan masyarakat dalam
memandang metal sebagai subkultur yang tidak baik. Namun, tidak serta
merta eksistensi aliran musik yang digandrungi anak muda ini hilang
begitu saja. Terbukti dengan lebih dari 20 subgenre musik metal
ini dapat diidentifikasi dari genealogi musik yang tersebar sejak
tahun 60-an sampai dengan sekarang ini. Metal akhirnya menjadi genre
musik yang masih diperhitungkan hingga saat ini.
Metal juga berpotensi sebagai subkultur dimana ia
memiliki nilai-nilai, kepercayaan, sikap, dan gaya hidup dari
kelompok minoritas yakni kelompok penggemar musik metal.
Di Indonesia khususnya di Jakarta yang merupakan
Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Konteks keislaman
juga dihadirkan dalam musik metal menghasilkan apa yang dinamakan
metal satu jari – subkultur metal yang memperjuangkan nilai-nilai
keislaman.
Kebanyakan dari mereka hanya mengambil semangat dari
musik metal saja, sebagai sebuah alat protes terhadap sebuah sistem,
dengan tetap mempertahankan keimanan kepada Tuhan YME. Musik
metal Indonesia juga berkembang sebagaimana perkembangan musik metal
dunia. Metal di Indonesia dijadikan sebagai alat kritik atas
ketidakadilan system dan fenomena sosial tentang kemiskinan, korupsi
dan lain sebagainya yang tak kunjung usai.
Dalam kasus Metal, konsep subkultur Hebdige ini dapat digunakan untuk
menguji asumsi Deena Wenstein (2000) yang mengatakan, “In
the case of heavy metal, the sonic, the visual, and the verbal
dimensions all make crucial contributions to the definition of the
genre.” Konstruksi Metal sebagai sebuah genre tidak semata ekspresi
kultural melalui produksi musikal, namun mencakup juga visualitas,
kode-kode sosial dan nilai-nilai kolektif yang beroperasi di kalangan
penggemar dan pelakunya, serta jejaring produksi-konsumsi yang ada.
(Wenstein 2000: 7).
Remaja biasanya cenderung untuk
menghabiskan waktu luang dan mengekspresikan minatnya dengan
mengikuti konser grup musik kesukaannya. Musik sangat penting dalam
kehidupan sosial dan pribadi remaja (Schwartz, 2003).
Menurut Larson (Schwartz,
2003), remaja yang suka mendengarkan music keras seperti rok, akan
memperlihatkan kemarahan yang berlebihan, masalah emosional seperti
emosi yang tidak menentu dan tidak stabil sehingga cenderung
melakukan tindakan kriminal maupun perilaku antisosial dan lebih suka
melakukan tindakan beresiko dan mencari sensasi.
Berbeda dengan itu, remaja yang
menyukai musik-musik lembut seperti jaz, akan
menujukkan emosi yang stabil dan dalam bertindak mereka juga
cenderung lebih berhati-hati sehingga tidak terlihat adanya masalah
emosional. Begitu banyak kesalahpahaman pandangan dan
persepsi orang tentang aliran metal, dan dengan hal itu adalah cukup
sebagai alasan untuk membuat orang lebih tahu tentang betapa mereka
salah menilai tentang aliran metal. Beberapa Manfaat Musik Metal :
Banyak pemikiran bahwa musik metal itu musik sesat yang
bertentangan dengan Tuhan. Namun, disisi lain mereka telah
mengingatkan kita dengan cara memberi contoh dirinya yang menentang
Tuhan dan masuk dalam neraka.
Mengingatkan
Bahwa Setan Itu Ada
Musik metal mengingatkan kita bahwa setan itu ada, dan kita harus
selalu senantiasa berhati-hati. (misal, Jihad - Strategi Setan, Jihad
- Ideologi Iblis, Jihad - Propaganda Mata Satu)
Mengingatkan
Kepada Kematian
Ini point utama yang secara frontal telah diungkapkan dalam
penampilan maupun lagu-lagu mereka. Misalkan menggunakan lambang
tengkorak, itu mengingatkan kita bahwa kita nantinya hanyalah sebuah
tengkorak yang tak berdaya seperti itu. Kemudian dalam lagu mereka
juga secara frontal membahas tentang kematian dan pembunuhan. (misal,
Purgatory - Sakaratul Maut)
Tak jarang dalam lirik musik metal diungkapkan secara frontal tentang
hari kehancuran dunia, tentang peperangan, tentang tanda-tanda
kiamat.
Mengingatkan
kita Bahwa Hidup ini Keras
Metal dengan alunan musik liar menghentak keras kadang membuat kalian
pusing jika mendengarkannya. Metal mengajak kita untuk menjadi
pribadi yang 'keras', dalam artian mampu menghadapi kerasnya hidup
ini dengan mengabaikan kesedihan. Jika seseorang masih mendengarkan
Musik Lembek yang sendu-sendu, bagaimana seseorang mau menghadapi
kerasnya hidup ini.
Mendengarkan
Musik Metal Bisa Memperbaiki Mood.
Mendengar musik logam berat ini bisa menstabilkan mood. Terlebih
untuk remaja yang mengidap depresi. Dengan mendengarkannya, perasaan
sedih atau marah bisa diluapkan. Si remaja bisa lebih santai atau
tenang untuk menjalani hidupnya.
Dari hasil penelitian, pendengar musik beraliran metal ini, umumnya
mahasiswa mendapatkan nilai lebih tinggi dari mahasiswa lainnya,
bahkan diatas rata-rata. Beberapa bidang studi juga menemukan
kecerdasan yang tinggi diantara penikmat musik keras ini.
Menurunkan
Potensi Bunuh Diri
Musik metal dapat menurunkan emosi atau tingkat kecemasan. Setelah
mendengarkan musik metal. Pendengar bisa lebih nyaman atau lebih baik
dari sebelumnya. Musik ini dapat mengobati rasa tertekan mereka
Dari manfaat tersebut dapat ditelusuri kembali
bahwa terdapat tradisi dari para metalhead (sebutan bagi pecinta
musik metal) sehingga telah membudaya hingga generasi metalhead
sekarang. Metal memuja setan, metal mempromosikan aktivitas
criminal, musisi metal kebanyakan anti agama, fasis, rasis atau
mempunyai pandangan neo-nazi, dan sebagainya banyak penilaian buruk
masyarakat non-metalhead tentang tradisi penikmat music keras
tersebut.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Prosedur
penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan
adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan
bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah
wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan
dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian
kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik
fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu
penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan
mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan
menggunakan metode deskriptif.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian
deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata
cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena
Moleong mengemukakan bahwa
’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : (1)
tahap sebelum ke
lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4)
tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh
sebagai berikut :
a)
Tahap sebelum
kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma
dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan
dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus
penelitian, penyusunan usulan penelitian.
b)
Tahap pekerjaan
lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan
perilaku kebiasaan remaja
menikmati musik metal dan metal sebagai kebudayaan.
Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi
dengan cara melihat gaya berpakaian,
cara menikmati musik metal,
moral dan tingkah dalam acara
gigs maupun kehidupan sehari-hari,
yang dilakukan oleh remaja di
kota Kudus.
c)
Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah
melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan remaja
(fans, musisi, penikmat)
di kota Kudus. Kemudian
dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang
diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara
mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga
data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna
data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks
penelitian yang sedang diteliti.
d)
Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai
pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil
penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan
saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti
hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan untuk
ujian skripsi.
Tempat setting
dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pertama di Studio Musik dan Café Jendral Reinforment
yang beralamatkan di Pedawang, kabupaten Kudus. Kedua di daerah
Jurang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus dan ketiga di GOR Kudus
sebagai tempat event musik berlangsung. Pemilihan tempat itu
didasarkan pada hasil wawancara dengan drummer yang sekaligus bekerja
sebagai guru SD 01 Jurang dan observasi langsung sebelum penelitian,
di antaranya ditemukan masalah yaitu, lemahnya sikap dan moral kaum
muda yang beraliran metal dan opini bahwa musik metal sebagai suatu
kebudayaan bagi remaja saat ini.
Subjek
penelitian adalah remaja umur 16-22 tahun yang berjumlah 50 orang
yang terdiri dari remaja laki-laki sebanyak 42 sedangkan remaja
perempuan berjumlah 8 dengan latar belakang keluarga berpenghasilan
rendah, menengah dan ke atas, semangat belajar kaum muda yang kurang
(putus sekolah), dan tingkat keaktifan kaum muda dalam berkreasi
serta seorang musisi (mahasiswa peneliti) dan seorang manager
industri music & musisi lama sebagai pengamat (observer).
Data dan sumber
data
Jenis
data yang digunakan adalah data kualitatif. Menurut
S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung
dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh
dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Sumber Data
primer diperoleh dari sejumlah narasumber yang merupakan tokoh
musisi, penikmat, dan fans Metal di Kota Kudus. Sumber Data
sekunder peneliti peroleh di lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, dan event metal. Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang terkait dengan penelitian.
Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yaitu cara memperoleh data dalam melakukan
kegiatan penelitian (Arikunto, 2006: 149). Menurut Herdiansyah (2010:
116) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif dikenal beberapa
metode pengumpulan data yang umum digunakan. Beberapa metode
tersebut, antara lain wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan
fokus grup discussion. Namun, dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode wawancara dan observasi.
Wawancara
Menurut Maleong (2005) dalam buku Herdiansyah (2010: 118) menyatakan
bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan narasumber (yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan wawancara terhadap
orang-orang yang terlibat langsung dalam industri musik metal,
musisi, fans, dan penikmat yaitu beberapa orang kaum muda yang
dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Selain itu, wawancara pada
penelitian ini dilakukan dengan dua cara, (1) wawancara tidak
terencana, yaitu peneliti melakukan wawancara secara informal dan
spontan dengan subjek penelitian, (2) terencana, yaitu peneliti
melakukan wawancara dengan subjek penelitian sesuai bahan pertanyaan
yang telah disiapkan oleh peneliti.
Observasi
Cartwright & cartwright dalam Herdiansyah (2010: 131)
mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan
mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu
tujuan tertentu. Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang
dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.
Obyek dari pengamatan ini adalah tindakan kaum muda dalam kegiatan
sehari-hari dan kegiatan ketika dalam acara event musik metal.
Pengamatan dilakukan dengan cara observasi pasrtisipasi yaitu dengan
menyaksikan event metal yang berlangsung untuk mendiskripsikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penikmat musik metal, musisi,
dan fans serta mencatat tingkah laku kaum muda dalam kehidupan
sehari-hari.
Studi
Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek
(Herdiansyah, 2010: 143).
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan melalui rekaman
kegiatan, yaitu dengan cara melihat hal-hal penting selama penelitian
berlangsung. Rekaman kegiatan tersebut antara lain berupa foto untuk
memperoleh gambaran visual kegiatan kaum muda yang beraliran metal.
Uji Validitas
Menurut Moleong ’’kriteria keabsahan
data ada empat macam yaitu : (1) kepercayaan (kreadibility), (2)
keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan (dependibility), (4)
kepastian (konfermability). Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3
macam antara lain :
Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk
membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya.
ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik :
teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan
kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan
kecakupan refrensi.
Kebergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga
kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam
mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh
manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman,
waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian
dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor
independent oleh dosen pembimbing.
Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil
penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi
serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang
ada pada pelacakan audit.
Analisa data
Analisis
data dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif
interpretatif. Analisis data dilakukan secara terus menerus sejak
awal hingga akhir penelitian. Analisis sata dilakukan secara
kualitatif, yaitu data yang berupa kalimat atau pernyataan yang
diinterpretasikan untuk mengetahui makna serta untuk memahami
keterkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Analisis
data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2008: 245), analisis telah mulai
sejak merumuskan dan mejelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan,
dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.
Kegiatan
dalam analisis data dalam penelitaian ini, yakni: pertama,
kegiatan reduksi data (data reduction),
pada tahap ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dari data yang di
dapat dari lapangan, merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang penting
dan dicari tema dan polanya. Proses reduksi ini dilakukan secara
bertahap, selama dan setelah pengumpulan data sampai laporan hasil.
Penulis memilah-milah data yang penting yang berkaitan dengan fokus
penelitan dan membuat kerangka penyajiannya.
Kedua,
penyajian data (data display), setelah mereduksi data, maka
langkah selanjunya adalah mendisplay data. Di dalam kegiatan ini,
penulis menyusun kembali data berdasarkan klasifikasi dan
masing-masing topik kemudian dipisahkan, kemduian topik yang sama
disimpan dalam satu tempat, masing-masing tempat dan diberi tanda,
hal ini untuk memudahkan dalam penggunaan data agar tidak terjadi
kekeliruan.
Ketiga,
data yang dikelompokan pada kegiatan kedua kemduian diteliti kembali
dengan cermat, dilihat mana data yang telah lengkap dan data yang
belum lengkap yang masih memerlukan data tambahan, dan kegiatan ini
dilakuakan pada saat kegiatan berlangsung. Keempat, setelah
data dianggap cukup dan telah sampai pada titik jenuh atau telah
memperoleh kesesuaian, maka kegiatan yang selanjutnya yaitu menyusun
laporan hingga pada akhir pembuatan simpulan.
Analisis
data dalam penelitian kualitatif menggunakan metode induktif.
Penelitain ini tidak menguji hipotesis (akan tetapi hipotesis kerja
hanya digunakan sebagai pedoman) tetapi lebih merupakan penyusunan
abstraksi berdasarkan data yang dikumpulkan. Analisis dilakukan lebih
intensif setelah semua data yang diperoleh di lapangan sudah memadai
dan dianggap cukup, untuk diolah dan disusun menjadi hasil penelitian
sampai dengan tahap akhir yakni kesimpulan penelitian.
Jadwal
Penelitian
NO
|
Kegiatan
|
Bulan ke :
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1
|
Penyusunan Proposal
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Diskusi Proposal
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Memasuki lapangan, grandtour,dan
monitor,guestion, analisis domain
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Menentukan focus. Monitour question.
Analisis taksonomi
|
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
5
|
Tahap selection, structural question,
analisis kompenensial
|
|
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
6
|
Menentukan tema, analisis tema
|
|
|
|
|
√
|
√
|
|
|
7
|
Uji keabsahan tema
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
|
8
|
Membuat draf laporan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
9
|
Diskusi draf laporan
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
10
|
Penyempurnaan laporan
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
Daftar
pustaka
Sugiyono. 2008. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Edisi Keempat).
(2012). Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.
Wenstein, Deena.2000. Heavy Metal: The Musik and Its Subcultures.
Cambridge: Da Capo Press.
Purcell, Natalie, J. 2003. Death Metal Musik: The Passion and
Politics of a Subculture. Jefferson: Mc Farland & Co.
Nazir, Mohammad.2003.
Metode Penelitian. Jakarta: PT.
Ghalia Indonesia.
Nasution, S.2004.Metode
Research.Jakarta: Bumi Aksara
-
-
Mangoenkoesoemo, Yuka Dian Narendra. 2012. Konteks Kajian Metal.
Papalia, D.E, Olds, S. W., & Feldman, D. (2001). Human
development (8th ed). Boston McGraw-Hill
Hebdige, Dick (1989). Subculture: The Meaning of Style.
London and New York: Routledge.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Rosdakarya.