Dari dulu hingga
sekarang Menara Kudus dan Masjid Al Aqsha yang dibangun Sunan Kudus menjadi
sentral nadi kehidupan masyarakat kudus. Kedua bangunan yang memadukan
arsitektur Jawa, Islam, Hindu, dan China itu menjadi saksi sekaligus pengingat
abadi tumbuh dan berkembangnya filosofi Sunan Kudus “GusJiGang”
Filosofi Gus JiGang sendiri
adalah bocah baGus budi pekerti pinter ngaJi pinter daGang dari Sunan Kudus. Namun
istilah kata GusJiGang saat ini semakin dikubur. Banyak generasi abad 20 tidak
mengetahui apa arti maksud dari GusJigang.
Istilah GusJiGang diajarkan oleh Sunan
Kudus untuk masyarakat agar masyarakat islam di kudus mempunyai budi pekerti
yang bagus atau baik, bisa mengaji atau rajin beribadah serta pandai berdagang
seperti yang pernah dilakukan Rasullluah SAW.
Di daerah Langgar Dalem
sekitar menara dan masjid Al- Aqsa lingkungan ziarah tersebut banyak didiami
oleh banyak para pedagang muslim. Jadi selain menjadi pusat kegiatan agama
daerah kudus kulon tersebut digunakan untuk berdagang bertemunya para pembeli
dan pedagang.
Namun seiring
berjalannya waktu istilah GusJigang yang mengaji dan berdagang dahulunya
sejajar sekarang sudah tidak duduk sejajar. Berdagang sekarang menjadi
prioritas utama mencari keuntungan dibanding mengaji yang hanya beribadah belum
tentu mendapat uang.
Sejarah Asal Muasal Kata Gusjigang; Pada zaman
pengembangan Islam, dahulu Suan Kudus menata kembali kota tua kudus. Kota itu
berpusat pada Masjid Menara Kudus yang dekatnya terdapat kompleks pedepokan
Sunan Kudus. Kemudian disekelilingnya merupakan rumah rumah penduduk beratap
limas an. Ekonomi kota mulai bangkit ketika dibukanya perdangangan lintas
Negara melalui Sungai Gelis yang membelah kota lama kudus.
Sunan
Kudus lalu memberikan ajaran kepada pengikut dan masyarakat sekitar untuk
memiliki budi pekerti yang bagus pandai mengaji juga berdagang. Ajaran tersebut
pun dianut banyak masyarakat pada waktu itu sukses hingga dapat membangun
kembali rumahnya menjadi lebih bagus dari limasan lalu joglo dan akhrinya
bangunan dengan tembok tinggi hingga sekarang.
Tembok
tinggi tersebut digunakan sebagai pelindung
uang yang mereka dapatkan dari hasil berdagang. Kawasan menara kudus tersebut
dahulunya sebagian besar merupakan pemukiman pengusaha . Pengusaha rokok
konveksi dan kain bordir sangat berjaya ketika itu hingga akhirnya harus
mengalami kemunduran ketika harus melawan produk baru dari luar .
Gus
JiGang memiliki arti harafiah si gus atau putra kyai yang duduk dengan
mengangkat kaki . GusJiGang sendiri merupakan ajaran dari Sunan Kudus yang
mempunyai makna berakhlak bagus, pinter ngaji dan pinter dagang.
Melalui
istilah filosofi tersebut Sunan Kudus menuntun pengikutnya dan masyarakat kudus
menjadi orang yang berkepribadian bagus, tekun mengaji dan dapat berdagang. Ajaran
GusJiGang berpengaruh pada tatalaku warga sekitar masjid yang kini dikenal
dengan kudus Kulon sebagai masyarakat yang agamis dan pintar berdagang.
Keberadaan masjid yang dekat dengan pasar pun memperkuat prinsip prinsip
GusJigang.
Kudus
kulon menjadi embrio perkembangan kota kudus. Wilayahnya meliputi desa Kauman,
Kerjasan, Langgar Dalem, Demangan, Sunggingan dan Kajeksan. Desa desa tersebut
mengitari Masjid Kudus sebagai episentrum social ekonomi dan budaya serta
keagamaan. Seiring melewatinya lorong waktu kondisi social masyarakat itu tidak
dapat lagi mendukungkeberadaan rumah rumah gebyok sehingga banyak rumah adat
tersebut dijual pemiliknya.
Meskipun
begitu semangat berdagang dan menjadi pengusaha kecil tidak pernah hilang.
Sejumlah pedagang kecil masil tetap bertahan ditengah industry modern seperti
pedagang es jus, pulsa, sejumlah pakaian muslim, dan oleh oleh dari kudus.
Namun
yang mengecewakan istilah Gusjigang dan semangat makna tersebut sudah mulai
menghilang. Para pedagang hanya mengedepankan usaha dan dagang mereka. Jadi
dapat dikatakan kedudukan budi pekerti bagus, bias mengaji dan berdagang sudah
tidak sejajar.
Para
pedagang mengatakan bekerja juga merupakan suatu ibadah meski tidak lagi
melakukan ritual peribadatan. Lalu masyarakat sekarang yang bisa mengaji dan
suka beribadah juga lebih memilih menjadi PNS yang tempat kerjanya lebih nyaman
dengan gaji memuaskan.(Masruhan,2013)
Harapan kami, semoga pemuda
dan generasi lainnya bisa mengaplikasikan makna arti istilah Gus JiGang dari
Sunan Kudus tersebut. Dalam kehidupan sehari hari bermasyarakat selain
mempunyai budi pekerti bagus bisa lancar mengaji dan pandai berwirausaha agar
kelak hasil bisnis yang didapat dinikmati turun temurun juga.