ARTIKEL
Topik : Pembelajaran Berbasis
Scientific
Judul :
Implementasi
Pembelajaran Anak SD Berbasis Scientific
Pada
Kurikulum 2013
Pendahuluan
Pentingnya pendidikan yaitu untuk menentukan kualitas
hidup seseorang atau bangsa yang memang sudah menjadi kebutuhan mutlak. Lembaga
pendidikan di Indonesia sendiri terbagi menjadi tiga lingkup pembelajaran yaitu
di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Proses
pembelajaran setiap individu dimulai sejak dalam kandungan. Dari mengenal suara
ibu, suara music, hingga suara suara yang muncul disekitar ibu. Setelah lahir
individu tersebut mengenal lebih banyak fenomena social di sekitarnya.
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu
proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan
dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan
dengan pembelajaran tradidional.
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah
harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan
penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan
tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus
dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran
meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian
mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pada kondisi
seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Kurikulum 2013 sudah disahkan dan penerapan untuk
beberapa jenjang sudahpun dimulai di Tahun Pembelajaran 2013/2014, Untuk
penerapan dalam kelas diperlukan model pembelajaran yang dapat menunjang
tercapainya visi kurikulum 2013, metode pembelajaran yang dinilai pas untuk
kurikulum 2013 ini ialah melalui konsep Pendekatan Scientific merujuk pada
kriteria sebagai berikut:
·
Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
·
Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif
guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
·
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
·
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
·
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran.
·
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
·
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,
namun menarik sistem penyajiannya.
Kajian Pustaka
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006). Dalam kurikulum 2013 ini dirancang
untuk menumbuhkan pola pikir yang mandiri para peserta didik dalam mencari dan
menemukan sendiri permasalahan, sehingga mereka dapat memahami dan memecahkan
permasalahan yang dia temukan sendiri. Sejalan diawalinya penerapan
kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah, atau pendekatan saintifik,
atau scientific aproach menjadi bahan pembahasan yang menarik
perhatian para pendidik.
Pendekatan menrut KBBI adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran
diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang
menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah
berarti konep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode
mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran
ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis
pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode
ilmiah.
Implementasi menurut KBBI adalah implementasi /im·ple·men·ta·si/
/impleméntasi/ n pelaksanaan; penerapan: pertemuan kedua ini
bermaksud mencari bentuk -- tt hal yg disepakati dulu.
Pengertian implementasi dapat diartikan sebagai penerapan, pembelajaran sendiri
menurut KBBI adalah pembelajaran
/pem·bel·a·jar·an/ n proses, cara, perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Jadi implementasi
pembelajaran anak yang dimaksud
merupakan penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran anak yang tidak
hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan
observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam
berinovasi atau berkarya.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan
menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka
diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi.
Pembahasan
Implementasi pembelajaran anak SD berbasis scientific sudah
mulai diterapkan di berbagai SD di Indonesia sejak tahun ajaran 2013/2014. Penerapan
ini harus berdasarkan langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan scientific
(pendekatan ilmiah). Langkah-langkah tersebut menyentuh tiga ranah yaitu dapat
disajikan seperti diagram berikut :
Proses
pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga
ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
(psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil
belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan
ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
- Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
- Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
- Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
- Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
- Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran scientific
meliputi:
1. Mengamati
Metode
mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan
oleh guru.
Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti
berikut ini. 1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi. 2) Membuat pedoman
observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi. 3) Menentukan
secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.
4) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi. 5) Menentukan secara
jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan
mudah dan lancer. 6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil
observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
2. Menanya
Guru
yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik.
Berbeda
dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk
“kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal.
Fungsi bertanya
- Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
- Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
- Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
- Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
- Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
- Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
- Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
- Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
3. Menalar
Istilah
“menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran
dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu
tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating;
bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga
bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam
konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.
Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi
penggalan memori. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak
berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.
4. Mencoba
Peserta
didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau
substansi yang sesuail untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik.
Pada mata pelajaran IPA, misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep
IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari
Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
5. Jejaring
Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran
kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar
teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan
filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai
kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja
rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pada
pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif
atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika
pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia
menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau
berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta
didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan
atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman,
sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan
belajar secara bersama-sama atau berkelompok.
Penutup
Pembelajaran
anak SD berbasis scientific di Indonesia sangat baik dilaksanakan mengingat
terdapat tiga ranah yang dapat dicapai dari pembelajaran ini yaitu, sikap (afektif), pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Pembelajaran berbasis scientific
akan sangat menarik dan menantang dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran
yang terstruktur yaitu, mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Tujuh
aktivitas belajar tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan
berpikir untuk mengembangkan ingin tahu siswa.
Pembelajaran
berbasis scientific tidak hanya menghasilkan anak didik yang menguasai keterampilan kognitif, namun
keterampilan afektif dan psikomotorik yang berhubungan dengan pengetahuan sehingga
siswa siap untuk menghadapi tantangan masa depan seperti, arus globalisasi,
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konfergensi ilmu dan
teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.
Daftar Pustaka
Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). (2012).
Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.
Bioners.
2013. Pendekatan ilmiah (scientific
approach. http://bioners.wordpress.com/ 9 Desember 2013.
Bhakarudin. 2013. Pendekatan Scientific Untuk Penerapan
Pembelajaran Kurikulum 2013. http://www.bakharuddin.net/2013/09/pendekatan-scientific-untuk-penerapan.html 9 Desember 2013.
BNSP 2006