Thursday, May 17, 2012

Artikel Swastisoed - GUSJIGANG DALAM MASYARAKAT KUDUS



Dari dulu hingga sekarang Menara Kudus dan Masjid Al Aqsha yang dibangun Sunan Kudus menjadi sentral nadi kehidupan masyarakat kudus. Kedua bangunan yang memadukan arsitektur Jawa, Islam, Hindu, dan China itu menjadi saksi sekaligus pengingat abadi tumbuh dan berkembangnya filosofi Sunan Kudus “GusJiGang”
Filosofi Gus JiGang sendiri adalah bocah baGus budi pekerti pinter ngaJi pinter daGang dari Sunan Kudus. Namun istilah kata GusJiGang saat ini semakin dikubur. Banyak generasi abad 20 tidak mengetahui apa arti maksud dari GusJigang.
Istilah GusJiGang diajarkan oleh Sunan Kudus untuk masyarakat agar masyarakat islam di kudus mempunyai budi pekerti yang bagus atau baik, bisa mengaji atau rajin beribadah serta pandai berdagang seperti yang pernah dilakukan Rasullluah SAW.
Di daerah Langgar Dalem sekitar menara dan masjid Al- Aqsa lingkungan ziarah tersebut banyak didiami oleh banyak para pedagang muslim. Jadi selain menjadi pusat kegiatan agama daerah kudus kulon tersebut digunakan untuk berdagang bertemunya para pembeli dan pedagang.
Namun seiring berjalannya waktu istilah GusJigang yang mengaji dan berdagang dahulunya sejajar sekarang sudah tidak duduk sejajar. Berdagang sekarang menjadi prioritas utama mencari keuntungan dibanding mengaji yang hanya beribadah belum tentu mendapat uang.
Sejarah  Asal Muasal Kata Gusjigang; Pada zaman pengembangan Islam, dahulu Suan Kudus menata kembali kota tua kudus. Kota itu berpusat pada Masjid Menara Kudus yang dekatnya terdapat kompleks pedepokan Sunan Kudus. Kemudian disekelilingnya merupakan rumah rumah penduduk beratap limas an. Ekonomi kota mulai bangkit ketika dibukanya perdangangan lintas Negara melalui Sungai Gelis yang membelah kota lama kudus.
Sunan Kudus lalu memberikan ajaran kepada pengikut dan masyarakat sekitar untuk memiliki budi pekerti yang bagus pandai mengaji juga berdagang. Ajaran tersebut pun dianut banyak masyarakat pada waktu itu sukses hingga dapat membangun kembali rumahnya menjadi lebih bagus dari limasan lalu joglo dan akhrinya bangunan dengan tembok tinggi hingga sekarang.
Tembok tinggi tersebut digunakan sebagai  pelindung uang yang mereka dapatkan dari hasil berdagang. Kawasan menara kudus tersebut dahulunya sebagian besar merupakan pemukiman pengusaha . Pengusaha rokok konveksi dan kain bordir sangat berjaya ketika itu hingga akhirnya harus mengalami kemunduran ketika harus melawan produk baru dari luar .
Gus JiGang memiliki arti harafiah si gus atau putra kyai yang duduk dengan mengangkat kaki . GusJiGang sendiri merupakan ajaran dari Sunan Kudus yang mempunyai makna berakhlak bagus, pinter ngaji dan pinter dagang.
Melalui istilah filosofi tersebut Sunan Kudus menuntun pengikutnya dan masyarakat kudus menjadi orang yang berkepribadian bagus, tekun mengaji dan dapat berdagang. Ajaran GusJiGang berpengaruh pada tatalaku warga sekitar masjid yang kini dikenal dengan kudus Kulon sebagai masyarakat yang agamis dan pintar berdagang. Keberadaan masjid yang dekat dengan pasar pun memperkuat prinsip prinsip GusJigang.
Kudus kulon menjadi embrio perkembangan kota kudus. Wilayahnya meliputi desa Kauman, Kerjasan, Langgar Dalem, Demangan, Sunggingan dan Kajeksan. Desa desa tersebut mengitari Masjid Kudus sebagai episentrum social ekonomi dan budaya serta keagamaan. Seiring melewatinya lorong waktu kondisi social masyarakat itu tidak dapat lagi mendukungkeberadaan rumah rumah gebyok sehingga banyak rumah adat tersebut dijual pemiliknya.
Meskipun begitu semangat berdagang dan menjadi pengusaha kecil tidak pernah hilang. Sejumlah pedagang kecil masil tetap bertahan ditengah industry modern seperti pedagang es jus, pulsa, sejumlah pakaian muslim, dan oleh oleh dari kudus.
Namun yang mengecewakan istilah Gusjigang dan semangat makna tersebut sudah mulai menghilang. Para pedagang hanya mengedepankan usaha dan dagang mereka. Jadi dapat dikatakan kedudukan budi pekerti bagus, bias mengaji dan berdagang sudah tidak sejajar.
Para pedagang mengatakan bekerja juga merupakan suatu ibadah meski tidak lagi melakukan ritual peribadatan. Lalu masyarakat sekarang yang bisa mengaji dan suka beribadah juga lebih memilih menjadi PNS yang tempat kerjanya lebih nyaman dengan gaji memuaskan.(Masruhan,2013)
Harapan kami, semoga pemuda dan generasi lainnya bisa mengaplikasikan makna arti istilah Gus JiGang dari Sunan Kudus tersebut. Dalam kehidupan sehari hari bermasyarakat selain mempunyai budi pekerti bagus bisa lancar mengaji dan pandai berwirausaha agar kelak hasil bisnis yang didapat dinikmati turun temurun juga.